Berita Aceh Timur

Mualem Menangis di Pelantikan Alfarlaky, Tertibkan HGU Usai Idulfitri

Kita hadiahkan Ulumul Qur’an kepada Sekjen DPP dan sahabat terdekat saya, Kamaruddin Abu Bakar, yang meninggal di Arab Saudi. Muzakir Manaf

Editor: mufti
BIRO ADPIM SETDA ACEH
BERDUKA – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf alias Mualem, menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya Abu Razak. 

Gubernur menyebutkan bahwa penertiban HGU ini akan dilakukan setelah Idulfitri. Untuk itu, pihaknya akan membentuk tim khusus guna mendata seluruh HGU perusahaan perkebunan di Aceh Timur. Langkah ini bertujuan memastikan kepatuhan perusahaan serta mencegah potensi pelanggaran.

Dalam kesempatan yang sama, Mualem juga menanggapi pertanyaan mengenai kemungkinan pengembangan industri di Aceh Timur selain sektor perkebunan dan migas. Ia tidak menutup peluang tersebut, namun menekankan perlunya kajian mendalam terkait jenis industri yang cocok dikembangkan di daerah itu. "Sangat mungkin kita menghadirkan industri lain. Nanti akan kita lihat pabrik apa yang cocok dibangun di Aceh Timur," jelasnya.

Selain itu, ia juga menyorot potensi sektor kelautan di Aceh Timur yang dinilainya sangat besar. Namun, ia menegaskan bahwa pengembangannya membutuhkan investasi besar serta dukungan anggaran yang memadai.

"Kita butuh investor dan dana besar untuk mengembangkan sektor ini. Tidak mungkin mengandalkan keuangan daerah, apalagi di tengah efisiensi anggaran," pungkas Mualem. Seusai prosesi pelantikan dan penyematan tanda jabatan, Mualem menyampaikan harapannya agar pasangan kepala daerah yang baru dilantik dapat menjalankan tugas dengan penuh amanah. Ia menegaskan pentingnya sinergi antara eksekutif dan legislatif demi kemajuan Aceh Timur.

"Saat ini, saudara telah menjadi Bupati dan Wakil Bupati Aceh Timur. Tidak ada lagi nomor satu, dua, atau tiga—yang paling penting adalah Aceh Timur. Saya berpesan agar menjaga koordinasi yang baik dengan unsur Forkopimda, karena dengan sinergi yang kuat, kesuksesan akan lebih mudah diraih," ujar Ketua Umum Partai Aceh tersebut. Dengan pelantikan ini, Iskandar Usman Alfarlaky dan T. Zainal Abidin resmi memimpin Aceh Timur hingga 2030, membawa harapan baru bagi masyarakat di wilayah tersebut.(fa/iw)

 

Doa Sang Ibunda Dalam Setiap Langkah Alfarlaky

Di balik kesuksesan seorang pemimpin, ada doa yang tak henti dipanjatkan oleh ibunya. Begitu pula dengan Iskandar Usman Alfarlaky, yang kini menjabat sebagai Bupati Aceh Timur. Ibunya, Ramlah binti Tgk Basyah (65), adalah sosok yang selalu menyertai langkahnya dengan doa dan ketulusan sejak kecil hingga saat ini.

Ramlah tak pernah menyangka bahwa putranya benar-benar bisa mencapai posisi tertinggi di Aceh Timur. “Kami bukan dari keluarga berada. Dulu saya pernah berpesan kepadanya agar tidak bermimpi terlalu tinggi, takut nanti sulit diwujudkan. Tapi dia tetap bertekad dengan seluruh kemampuannya,” ujar Ramlah dengan mata berkaca-kaca.

Dalam setiap perjuangan Alfarlaky, Ramlah selalu hadir dengan doa dan pengorbanan. Selama masa Pilkada 2024, ia rela bangun tengah malam untuk menunaikan shalat Tahajud, memohon kepada Allah agar langkah anaknya diberkahi dan segala rintangan dijauhkan darinya. Air mata sering mengalir saat ia bermunajat, berharap putranya selalu dalam lindungan-Nya.

Cita-cita sejak kecil

Iskandar Usman Alfarlaky adalah anak kelima dari enam bersaudara. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia berbicara. Saat bermain dengan teman-temannya, ia sering berpidato bak seorang orator atau penceramah. “Kadang teman-temannya tertawa karena banyak salah ucap, tapi dia tetap melakukannya setiap hari,” kenang Ramlah sambil tersenyum.

Minatnya terhadap ilmu agama juga sudah terlihat sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). Ia selalu hadir dalam berbagai acara keagamaan, meski saat itu hanya sebagai pendengar. Ketika melanjutkan pendidikan ke Madrasah Ulumul Qur'an Yayasan Dayah Bustanul Ulum (MUQ) Langsa, ia terpilih sebagai pembicara dalam safari Ramadhan di berbagai daerah di Aceh.

Demi menyekolahkan anaknya, Ramlah dan suaminya, Usman, rela menempuh perjalanan jauh dengan labi-labi dari Aceh Timur ke Langsa. “Kami sering menjenguknya di MUQ, meski hanya membawa makanan sederhana,” ujar Ramlah mengenang perjuangan mereka.

Perjalanan menuju pemimpin

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved