Berita Aceh Utara

Wacana Pembangunan Empat Batalyon Teritorial, Ini Pendapat  Dekan Fakultas Pertanian Unimal

“Selama ini Aceh masih punya banyak lahan tidur dan tantangan infrastruktur pertanian. Kalau Yonif Ter difokuskan untuk mendukung pertanian dan...

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Nurul Hayati
zoom-inlihat foto Wacana Pembangunan Empat Batalyon Teritorial, Ini Pendapat  Dekan Fakultas Pertanian Unimal
For serambinews.com
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh (Unimal), Baidhawi.

“Selama ini Aceh masih punya banyak lahan tidur dan tantangan infrastruktur pertanian. Kalau Yonif Ter difokuskan untuk mendukung pertanian dan kerja sama dengan petani, ini bisa jadi kekuatan positif,” ujar Baidhawi.

Laporan Saiful Bahri | Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE – Wacana pembangunan empat Batalyon Teritorial (Yonif Ter) di Aceh oleh Panglima Kodam Iskandar Muda, Mayjen TNI Niko Fahrizal terus menuai tanggapan dari berbagai pihak. 

Kali ini, tanggapan datang dari kalangan akademisi, yakni dari Dekan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh (Unimal), Baidhawi.

Baidhawi, dalam rilisnya Kamis (1/5/2025), menilai bahwa inisiatif pembangunan empat Batalyon Teritorial justru bisa menjadi solusi konkret dalam mempercepat swasembada pangan di Aceh, selama dijalankan secara transparan dan melibatkan masyarakat.

“Selama ini Aceh masih punya banyak lahan tidur dan tantangan infrastruktur pertanian. Kalau Yonif Ter difokuskan untuk mendukung pertanian dan kerja sama dengan petani, ini bisa jadi kekuatan positif,” ujar Baidhawi.

Menurutnya, sudah saatnya masyarakat Aceh mulai melihat kehadiran TNI dari perspektif pembangunan, bukan semata bayang-bayang konflik masa lalu. 

“Kita tidak boleh terus-menerus membiarkan trauma masa lalu menghambat masa depan kita. Damai bukan hanya soal senjata yang berhenti, tapi juga sawah yang panen dan dapur yang terisi,” tegasnya.

Ia juga menekankan bahwa keberadaan Yonif Ter harus dijalankan dengan pendekatan sipil, kolaboratif, dan berbasis kebutuhan lokal. 

“Kalau dijalankan dengan keterlibatan akademisi, tokoh adat, dan masyarakat petani, maka kehadiran mereka bisa menjadi bagian dari transformasi positif,” lanjutnya.

Baca juga: Curah Hujan Berkurang, Cek Prediksi Cuaca BMKG di Bener Meriah Hingga Langsa

Sebagai orang Aceh, Baidhawi paham mengapa sebagian dari masyarakat masih sensitif terhadap kehadiran militer. 

"Sejarah panjang konflik telah meninggalkan luka yang belum sepenuhnya sembuh. Namun sebagai akademisi pertanian, saya juga melihat pentingnya untuk membuka ruang diskusi objektif agar kita tidak terkunci dalam bayang-bayang masa lalu," paparnya.

Lanjut Baidhawi, Aceh punya potensi luar biasa untuk swasembada pangan. 

"Kita punya lahan, tenaga kerja, dan semangat petani yang kuat. Tapi kita juga menghadapi tantangan besar, seperti banyak lahan tidur, lemahnya infrastruktur pertanian, hingga gangguan distribusi dan keamanan," katanya.

Namun penting, tambah Baidhawi, kehadiran mereka harus transparan, melibatkan tokoh masyarakat, akademisi, dan petani sendiri. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved