Harga Emas di Banda Aceh Anjlok Lagi! Terendah Sejak April, Berikut Harga per Mayam, 15 Mei 2025

Harga Emas di Banda Aceh Anjlok Lagi! Terendah Sejak April, Berikut Harga per Mayam, 15 Mei 2025

SERAMBINEWS.COM-Harga emas per mayam hari ini di Banda Aceh kembali mengalami penurunan tajam pada Kamis (15/5/2025).

Harga ini mencapai level terendahnya sejak bulan April lalu, dimana sebelumnya harga emas mencapai rekor tertingginya, capai diatas Rp. 6.000.000 per mayam.

Berdasarkan informasi dari Toko Emas Bina Nusa Banda Aceh, harga emas per mayam hari ini berada diangka Rp 5.470.000.

Artinya, terjadi penurunan Rp 130.000 hanya dalam kurun waktu 24 jam dibandingkan harga sehari sebelumnya, Rabu (14/5/2025) yang berada di angka Rp 5.600.000 per mayam.

Harga emas tersebut belum termasuk ongkos pembuatan. 

Adapun ongkos pembuatan berkisar Rp 100 Ribu hingga Rp 200 ribu, atau tergantung kerumitannya.

Baca juga: Harga Emas Anjlok Tajam! Terendah Sejak April, Pasar Panas Jelang Keputusan The Fed

Penurunan harga emas ini dipengaruhi oleh tren harga emas global, yang mengalami volatilitas dalam beberapa waktu terakhir.

 Pada level internasional, harga emas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kebijakan moneter, nilai tukar dolar, dan ketegangan perdagangan antara negara-negara besar.

Pergerakan harga emas yang tidak stabil bisa mempengaruhi keputusan pasar lokal, termasuk di Banda Aceh, yang cenderung mengikuti pergerakan harga emas global.

Harga Emas Dunia Jatuh

Harga emas dunia jatuh ke titik terendah dalam lebih dari satu bulan pada Kamis (15/5/2025), menjelang rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat (AS) yang bisa memengaruhi arah kebijakan suku bunga bank sentral negara itu, Federal Reserve (The Fed).

Dilansir dari kantor berita Reuters (15/5/2025), harga emas di pasar spot turun 0,8 persen menjadi $3.153,09 per ons, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah sejak 10 April 2025. 

Sementara itu, harga emas berjangka AS juga melemah 1 persen menjadi $3.156,90 per ons.

Turunnya harga emas ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed dan mencairnya ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok.

Dalam perkembangan terbaru, Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat untuk menurunkan tarif secara signifikan dan menetapkan masa jeda selama 90 hari dalam ketegangan perdagangan mereka.