Perang Gaza

Warga Palestina di Gaza Hadapi kematian karena Kelaparan atau Pemboman

Israel juga menargetkan Rumah Sakit Indonesia di utara, yang memaksa pasien dan staf medis melarikan diri di bawah tembakan.

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/Anadolu
Warga Palestina menerima makanan di Khan Younis, Gaza selatan di tengah perang Israel-Hamas. 

SERAMBINEWS.COM - Jurnalis Al Jazeera Hind Khoudary dari Deir al-Balah, Gaza pasukan Israel telah mengintensifkan serangannya di Jalur Gaza.

Israel telah menetapkan al-Mawasi di Gaza selatan sebagai "zona aman", tetapi mengebom kamp tersebut pada hari Minggu, menewaskan puluhan orang. Lebih dari seratus orang terluka.

Salah seorang penyintas, Warda al-Chaer, mengatakan ibunya terbunuh dan keponakannya kehilangan matanya. 

"Apa yang mereka inginkan dari anak-anak ini?" tanyanya. "Tolong, kasihanilah kami, kami sudah muak."

Di utara, serangan udara menewaskan beberapa anggota satu keluarga setelah menghantam rumah mereka di Beit Lahiya.

Israel juga menargetkan Rumah Sakit Indonesia di utara, yang memaksa pasien dan staf medis melarikan diri di bawah tembakan.

Baca juga: GAZA TERKINI - Pasukan Israel Bunuh 151 Orang di Gaza, Mengepung Rumah Sakit Indonesia

Para pejabat di Gaza menuduh pasukan Israel menghalangi pasien yang terluka untuk mencapai rumah sakit.

Sementara itu, petugas kesehatan di Gaza mengatakan situasinya semakin memburuk.

Dr Victoria Rose, seorang dokter bedah, mengatakan mereka tidak memiliki peralatan dasar karena blokade Israel yang sedang berlangsung. 

“Kami tidak dapat melakukan analisis darah, jadi kami tidak dapat melakukan hitung darah. Kami tidak dapat memeriksa urea dan elektrolit serta fungsi ginjal. Kami benar-benar terbatas pada darah,” katanya kepada Al Jazeera.

Di Gaza bagian tengah, serangan Israel telah meratakan bangunan tempat tinggal, dan di az-Zawayda, keluarga-keluarga yang putus asa mencari kerabat mereka yang terjebak di bawah reruntuhan.

Blokade Israel terhadap Jalur Gaza telah menyebabkan banyak orang mati kelaparan, dan kini mereka menghadapi kemungkinan pembunuhan dalam gelombang serangan yang semakin meningkat.

Sebuah pilihan suram yang tidak seharusnya dipaksakan kepada siapa pun.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved