Konflik Palestina vs Israel

Israel Murka dengan Barat, PM Netanyahu Tuding Inggris, Prancis dan Kanada Bela Hamas

Sebelumnya, Macron, Starmer, dan Carney mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam tindakan militer Israel di Gaza “keji”.

Editor: Faisal Zamzami
Tangkap Layar AP Photo/Ohad Zwigwenberg
PM ISRAEL - PM Israel Benjamin Netanyahu saat berbicaradi Yerusalem, 2 Januari 2025. 

SERAMBINEWS.COM, TEL AVIV — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (23/5/2025) melontarkan kritik tajam terhadap pemimpin Perancis, Inggris, dan Kanada yang menyerukan penghentian operasi militer Israel di Gaza.

Ia menuding mereka berpihak pada Hamas dan berada di “sisi sejarah yang salah”.

Dalam pidatonya, Netanyahu menyebut Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Perdana Menteri Kanada Mark Carney secara langsung.

“Ketika para pembunuh massal, pemerkosa, pembunuh bayi, dan penculik berterima kasih kepada Anda, Anda berada di sisi keadilan yang salah, sisi kemanusiaan yang salah, dan sisi sejarah yang salah,” ujar Netanyahu, dikutip dari Euronews.

Ia menyatakan bahwa ketiga pemimpin tersebut mungkin berpikir sedang mendorong perdamaian.

 Namun menurutnya, tindakan mereka justru memberi harapan kepada Hamas untuk terus berjuang dan mendirikan negara Palestina kedua, yang menurutnya akan menjadi ancaman baru bagi Israel.

“Itu tidak akan menjadi negara yang bebas dari Hamas,” tambah Netanyahu.

Sebelumnya, Macron, Starmer, dan Carney mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam tindakan militer Israel di Gaza “keji”.

Mereka memperingatkan akan mengambil “langkah konkret” jika Israel tidak mengubah pendekatannya, khususnya terkait pembatasan bantuan kemanusiaan.

Kecaman tersebut datang setelah berbulan-bulan konflik berkepanjangan dan ditengarai menambah keretakan dalam hubungan antara Israel dan sekutu-sekutunya.

Baca juga: VIDEO Serangan dari Langit, Houthi Tembakan 3 Rudal ke Israel dalam 24 Jam

Penembakan di Washington picu tuduhan antisemitisme

Dalam pidato yang sama, Netanyahu juga menyinggung penembakan dua staf kedutaan besar Israel di Washington DC, Amerika Serikat. 

Ia menyebut insiden tersebut sebagai bentuk kekerasan antisemit yang “mengerikan”.

Kedua korban, Yaron Lischinsky (30) dan Sarah Milgrim (26), tewas ditembak dalam acara yang digelar oleh Museum Yahudi di ibu kota AS pada Rabu malam waktu setempat.

Tersangka penembak, Elias Rodriguez, sempat meneriakkan “Bebaskan, bebaskan Palestina” saat ditangkap.

Netanyahu kemudian menghubungkan peristiwa ini dengan serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menjadi awal perang di Gaza.

Baik Perancis, Inggris, maupun Kanada mengecam insiden penembakan tersebut, sebagaimana mereka mengecam serangan Hamas sebelumnya.


Pemerintah dari ketiga negara dengan cepat membela posisi para pemimpinnya. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Perancis, Christophe Lemoine, menegaskan bahwa Israel harus mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk secara luas dan bebas.

Sementara itu, Menteri Angkatan Bersenjata Inggris, Luke Pollard, menolak kritik Netanyahu terhadap PM Starmer.

“Kami mendukung hak Israel untuk membela diri selama dilakukan sesuai hukum humaniter internasional,” kata Pollard.

Ketegangan diplomatik antara Israel dan Inggris pun meningkat. 

Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menghentikan negosiasi perdagangan bebas dengan Israel.

Ia menyebut komentar beberapa menteri kabinet Israel yang menyerukan untuk “memurnikan Gaza” sebagai sesuatu yang meresahkan.

Baca juga: Kejam! IDF Bunuh Warga Sipil Demi Kesenangan, 76 Orang Tewas Dalam Serangan Israel Terbaru di Gaza

Inggris Hingga Perancis Ancam Israel Jika Teruskan Operasi Militer di Gaza, Ini Jawaban Netanyahu

Inggris, Kanada, dan Perancis mengancam Israel dengan "aksi konkret" jika tidak menghentikan perluasan operasi militernya di Gaza dan mencabut blokade terhadap daerah kantong tersebut.

Kecaman tersebut dikeluarkan tiga negara itu dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis Pemerintah Inggris, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (20/5/2025).

Israel telah mengumumkan dimulainya operasi militer darat skala besar di Gaza yang dinamakan Operasi Kereta Perang Gideon atau Gideon's Chariot.

Israel juga telah memblokade masuknya bantuan kemanusiaan seperti pasokan medis, makanan, dan bahan bakar ke Gaza sejak awal Maret untuk menekan Hamas, kelompok penguasa daerah kantong tersebut.

Bahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (19/5/2025) mengumumkan Israel akan menguasai seluruh Gaza.

 Inggris, Kanada, dan Perancis menegaskan, blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan untuk Gaza tidak dapat diterima dan berisiko melanggar Hukum Humaniter Internasional.

"Jika Israel tidak menghentikan serangan militer terbaru dan mencabut pembatasannya terhadap bantuan kemanusiaan, kami akan mengambil tindakan konkret lebih lanjut sebagai tanggapan," bunyi pernyataan bersama tersebut.

Para pemimpin dari ketiga negara tersebut menegaskan, mereka selalu mendukung hak-hak Israel untuk membela warga Israel dari terorisme.

"Namun, eskalasi ini sama sekali tidak proporsional," kata ketiga pemimpin negara tersebut dalam pernyataan bersama.

Ketiga pemimpin itu mengatakan, tidak akan tinggal diam ketika pemerintah Netanyahu melakukan aksi yang dianggap mengerikan itu.

Sebagai tanggapan, Netanyahu menyampakan, para pemimpin di London, Ottawa, dan Paris menawarkan hadiah besar bagi pelaku genosida atas pernyataan tersebut.

Dia mengatakan Israel akan mempertahankan diri dengan cara yang adil hingga kemenangan total tercapai.

Dia menegaskan kembali syarat-syarat Israel untuk mengakhiri invasinya di Gaza yang mencakup pembebasan sandera yang tersisa dan demiliterisasi daerah kantong tersebut.

Di sisi lain, Hamas menyambut baik pernyataan bersama dari Inggris, Kanada, dan Perancis.

Kelompok itu menggambarkan sikap tersebut sebagai langkah penting ke arah yang benar untuk memulihkan prinsip-prinsip hukum internasional.

Invasi Israel ke Gaza selama lebih dari setahun telah membunuh lebih dari 53.000 orang yang mayoritas adalah warga sipil. Serangan Israel juga meluluhlantakkan Gaza hingga tersisa puing-puing.

Baca juga: Admin Grup Facebook Cinta Sedarah Ditangkap Tim Polres Gresik di Bali, Dibuat Sejak Tahun 2022

Baca juga: Perpustakaan Sabang Tingkatkan Minat Baca Masyarakat

Baca juga: Transaksi Riyal di Asrama Haji Banda Aceh Tembus Rp 35 Juta Per Hari

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved