Wellness

Berbohong Tanpa Sadar? Waspadai Mythomania, Ini Penjelasan dan Ciri-Ciri Menurut Psikolog

Orang dengan mythomania biasanya menciptakan kebohongan yang bersifat dramatis, dilebih-lebihkan, bahkan tidak logis. 

Penulis: Gina Zahrina | Editor: Agus Ramadhan
Naked Security
HIDUNG MANCUNG - Ilustrasi hidung mancung yang sering dikaitkan dengan berbohong atau pinoccio, MythomaniaMithomania, penyakit orang yang hobi berbohong. 

SERAMBINEWS.COM - Dalam beberapa waktu terakhir, istilah mythomania atau mitomania menjadi perbincangan hangat di media sosial, khususnya di TikTok. 

Banyak pengguna menceritakan pengalaman mereka bertemu dengan orang yang dianggap mythomania atau sering berbohong secara tidak masuk akal, bahkan ada juga yang mengaku dirinya mengalami kondisi tersebut. 

Namun, tak sedikit dari mereka yang belum memahami apa sebenarnya arti mythomania dan apakah hal itu termasuk gangguan mental.

Menurut Angellia Lestari Christiani, M.Psi., Psikolog, seorang psikolog klinis, yang dilansir dari Kompas, mythomania atau yang dikenal dalam istilah medis sebagai pseudologia fantastica (PF) adalah suatu kondisi psikologis di mana seseorang memiliki kebiasaan berbohong yang bersifat kronis, meluas, dan sering kali kompulsif. 

Artinya, kebohongan dilakukan secara berulang dan tidak lagi sepenuhnya disadari atau dimaksudkan untuk tujuan tertentu. Perilaku ini menjadi otomatis dan sulit dikendalikan oleh penderitanya.

Ciri-Ciri Mythomania Menurut Psikolog

Masih menurut Angellia, orang dengan mythomania biasanya menciptakan kebohongan yang bersifat dramatis, dilebih-lebihkan, bahkan tidak logis. 

Baca juga: Viral Video Detik-detik Agus Bisa Jalan Tanpa Bantuan Usai Dituding Bohong , Denny Sumargo Syok

Mereka bisa berbohong tentang hal-hal kecil maupun besar, mulai dari pengalaman hidup, latar belakang keluarga, pencapaian akademis atau karier, hingga hubungan sosial. 

Cerita yang diciptakan kerap terdengar seperti fiksi, namun mereka dapat mempercayainya seolah-olah itu adalah kenyataan.

Angellia menjelaskan bahwa kondisi ini muncul karena batas antara realita dan imajinasi dalam pikiran penderita menjadi kabur. 

Ketika hal itu terjadi, kebohongan yang semula disadari bisa berkembang menjadi sesuatu yang mereka anggap benar. Hal ini tentu berbeda dengan kebiasaan berbohong biasa.

Perbedaan Mythomania dan Kebohongan Umum

Menurut Angellia, perbedaan mendasar antara mythomania dan kebiasaan berbohong biasa terletak pada kesadaran dan kontrol diri. 

Orang yang berbohong secara normal masih memiliki kendali atas apa yang mereka katakan dan biasanya melakukannya secara sadar, misalnya untuk menghindari hukuman, menyembunyikan sesuatu, atau mendapatkan keuntungan.

Baca juga: Cerita Aliando Syarief, Enam Tahun Idap OCD Hingga Dituduh Bohong Soal Penyakitnya

Sebaliknya, pada kasus mythomania, kebohongan sering muncul tanpa alasan jelas dan dilakukan secara impulsif. Penderitanya bisa saja berbohong dalam situasi yang tidak membutuhkan kebohongan. 

Mereka juga bisa kehilangan kemampuan untuk membedakan mana cerita yang nyata dan mana yang mereka karang sendiri.

Dampak Mythomania dalam Kehidupan Sehari-hari

Angellia menjelaskan bahwa kondisi ini dapat berdampak buruk, baik bagi penderitanya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Setidaknya ada dua dampak besar yang sering terjadi:

1. Rusaknya Hubungan Sosial

Kebiasaan berbohong secara terus-menerus membuat orang-orang di sekitar penderita kehilangan rasa percaya. 

Relasi personal maupun profesional bisa terganggu karena orang merasa dibohongi, dikhianati, atau dimanfaatkan. 

Dalam dunia kerja, seseorang yang terlalu sering mengklaim hal-hal yang tidak dilakukannya akan kehilangan kredibilitas di mata rekan kerja dan atasan.

Baca juga: Media Israel Sebar Berita Bohong untuk Tutupi Pembantaian di al-Mawasi yang Tewaskan 71 Orang

2. Gangguan pada Kesehatan Mental

Selain memengaruhi hubungan sosial, mythomania juga membawa dampak pada kondisi psikologis penderita. 

Karena terus-menerus berbohong dan berusaha menjaga kebohongan agar tidak terbongkar, penderita bisa mengalami stres, kecemasan berlebih, bahkan konflik batin. 

Ketidakmampuan membedakan antara kenyataan dan kebohongan bisa menyebabkan tekanan mental yang cukup serius.

Perlu Pemeriksaan Profesional

Walaupun istilah ini sedang populer di media sosial, diagnosis mythomania tidak boleh dilakukan sendiri. 

Hanya tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater yang dapat menentukan apakah seseorang benar-benar mengalami pseudologia fantastica melalui serangkaian wawancara klinis dan observasi perilaku.

Orang yang merasa memiliki kecenderungan untuk berbohong secara terus-menerus tanpa sebab, atau merasa bahwa kebohongannya mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, sebaiknya segera mencari bantuan dari tenaga profesional. 

Penanganan dini bisa membantu penderita mengelola kebiasaan tersebut sebelum berdampak lebih besar terhadap kehidupan pribadi maupun sosialnya.

(Serambinews.com/Gina Zahrina)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved