Konflik Palestina vs Israel

Hari Raya Idul Adha 2025 di Gaza Menyedihkan, Tak Ada Daging Kurban, Warga Hadapi Krisis Pangan

Abu Hatim Al-Zarqa, seorang peternak lokal, mengungkapkan bahwa tidak ada hewan kurban hidup yang masuk ke Gaza sejak Oktober 2023.

Editor: Faisal Zamzami
SERAMBINEWS/anadoulu agency
PENGUNGSI GAZA - Penduduk Palestina melarikan diri dari zona konflik dengan mobil, kereta keledai, dan berjalan kaki, membawa barang-barang mereka ke daerah yang lebih aman menyusul serangan militer Israel yang intens di Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza utara pada 21 Mei 2025. 

SERAMBINEWS.COM – Tak seperti negara lainnya, perayaan Idul Adha 2025 di Gaza berlangsung dalam suasana duka dan kelaparan buntut blokade ketat yang diberlakukan Israel sejak 7 Oktober 2023.

Idul Adha, salah satu hari raya terpenting bagi umat Islam, biasanya ditandai dengan penyembelihan hewan kurban untuk mengenang Nabi Ibrahim.

Namun sama seperti tahun sebelumnya, di tahun ini perayaan Idul Adha tidak terlalu meriah di banyak wilayah Palestina, di mana konflik selama berbulan-bulan telah membawa kehancuran dan ketidakpastian.

Abu Hatim Al-Zarqa, seorang peternak lokal, mengungkapkan bahwa tidak ada hewan kurban hidup yang masuk ke Gaza sejak Oktober 2023.

Karena impor hewan hidup dari luar wilayah diblokir, sehingga jumlah hewan kurban yang tersedia di Gaza sangat terbatas.

Dalam wawancara yang dikutip Middle East Monitor Ia juga mengaku kesulitan mendapatkan pakan ternak.

Jika pun ada, harga pakan menjadi sangat mahal, pada akhirnya biaya memelihara hewan meningkat tajam.

Alhasil harga hewan kurban yang dipasarkan di Gaza harganya melambung tinggi, membuatnya tidak terjangkau bagi sebagian besar warga.

Baca juga: VIDEO Israel Ancam Blokir Masuknya Kapal Aktivis Internasional Madleen ke Gaza

Gaza Kiamat Pangan

Tak hanya krisis hewan kurban, ancaman blokade yang dilakukan militer Israel telah membuat jutaan orang di Gaza kekurangan pangan yang sangat parah.

Situasi ini diperburuk oleh melonjaknya harga pangan. Di tengah kelangkaan, harga makanan pokok seperti roti dan air meningkat drastis.

Banyak keluarga hanya mampu makan sekali sehari, bahkan ada yang tidak makan sama sekali.

Krisis pangan mulai dirasakan warga Gaza sejak awal perang, meski sebagian kecil bantuan mulai masuk setelah blokade 11 minggu oleh pemerintah Israel, namun warga mengatakan bantuan itu tidak sampai ke wilayah utara.

"Kami makan apa pun yang ada, hanya satu kali sehari, dari pagi sampai malam. Kadang-kadang hanya lentil (kacang-kacangan kecil), kadang pasta," ujar Hazem, 21 tahun, dalam pesan video dari Gaza.

"Sudah satu setengah sampai dua bulan tidak ada tepung sama sekali. Harga satu kilo tepung di pasar gelap bisa mencapai 80 - 100 shekel (sekitar Rp350 - 450 ribu), dan kondisi kami sekarang tidak memungkinkan untuk membelinya," imbuhnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved