Feature
Curhatan Jemaah Haji Asal Indonesia Seret Tas Sejauh 4 Kilometer
Dalam kesaksiannya, Sabtu (7/6/2025) pagi waktu setempat, Rifqi menggambarkan situasi yang padat, tidak terkoordinasi, dan memaksa banyak jamaah berja
PERJALANAN menuju Mina tahun ini menyisakan cerita penuh perjuangan dari para jamaah haji. Rifqi Athallah (25), salah satu jamaah asal Indonesia, membagikan pengalamannya yang penuh tantangan selama proses pergerakan dari Muzdalifah ke Mina, Makkah, Arab Saudi.
Dalam kesaksiannya, Sabtu (7/6/2025) pagi waktu setempat, Rifqi menggambarkan situasi yang padat, tidak terkoordinasi, dan memaksa banyak jamaah berjalan kaki sejauh 4 kilometer sambil membawa barang bawaan berat.
"Kami dijemput dari Arafah sekitar pukul setengah satu malam. Sampai di Muzdalifah, kami mengambil batu dan menunggu arahan dari ketua kafilah," ujar Rifqi.
Ia menjelaskan kondisi saat itu sudah sangat penuh, antrean menuju bus panjang dan tidak teratur. "Banyak jamaah yang sudah kelelahan, tidur-tidur ayam sejak malam. Ada yang nekat menerobos pagar, melempar tas keluar pagar, lalu menyusul temannya dengan merangkak di bawahnya," imbuhnya.
Akibat macet total dan minimnya kepastian informasi, jamaah akhirnya diminta bersiap berjalan kaki ke Mina. Rifqi mengaku terpaksa menyeret tasnya karena berat dan sudah rusak. "Saya bungkus barang pakai selimut yang saya temukan di jalan, saya seret karena tas jebol. Sampai sobek juga karena tergesek aspal," ceritanya.
Menurutnya, kondisi di jalanan sangat padat. Banyak jamaah dari berbagai negara turun ke jalan. "Yang awalnya di dalam bus akhirnya ikut jalan kaki. Dari Afrika, dari negara-negara lain juga banyak yang sudah jalan dari dini hari. Jadi jalanan penuh," ujar Rifqi.
Ia menyebut sepanjang perjalanan terdapat pos pengisian air gratis yang sangat membantu, tetapi tetap saja fisik jamaah sangat terkuras. Meski tidak melihat langsung adanya jamaah yang terinjak atau mengalami cedera parah, Rifqi mengatakan banyak yang terdorong hingga jatuh.
"Ada yang pakai kursi roda juga terombang-ambing di luar antrean, tidak ada yang membantu. Saya yakin semua sedang berusaha bertahan masing-masing," ungkapnya.
Sampai di Mina, tantangan belum usai. Rifqi dan rombongannya mendapati tenda-tenda sudah penuh. Beberapa jamaah lansia dan perempuan tidak mendapatkan tenda dan tempat tidur. "Ada yang terpaksa keruntelan, dua kasur dipakai tiga orang. Bahkan tenda perempuan bercampur dengan laki-laki," jelasnya.
Ia menilai pembagian tenda di Mina tidak seefisien di Arafah. "Padahal kami sudah sesuai kloter dan kafilah. Tapi ternyata banyak yang tidak kebagian. Akhirnya banyak yang tidur di luar atau memaksa masuk tenda lain," ujarnya.
Kondisi itu diperparah oleh distribusi makanan yang terbatas. "Ada yang tidak mendapat jatah makan karena sistem pembagian berdasarkan jumlah di dalam tenda," tambahnya.
Rifqi mengapresiasi perbaikan dalam hal konsumsi tahun ini. Namun, ia menyoroti kurangnya kepastian transportasi dan akomodasi. "Kalau makanan Alhamdulillah aman. Tapi masalah tenda dan transportasi harus jadi perhatian serius. Harus ada koordinasi yang lebih baik antara pemerintah dan syarikat," tegasnya.
Menurut Rifqi, para jemaah merasa tidak mendapatkan informasi yang utuh dan jelas. Banyak yang hanya bisa menebak-nebak kapan bus akan datang atau ke mana harus menuju. "Kami sudah lelah, tapi tetap harus bersiap lempar jumrah sore harinya. Padahal banyak yang belum sempat istirahat," tuturnya.
Kisah Rifqi menggambarkan bagaimana pelaksanaan ibadah haji, khususnya fase Mina, masih membutuhkan perbaikan signifikan dalam hal logistik, pengaturan massa, dan koordinasi antarinstansi. Ia berharap evaluasi menyeluruh dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang.
"Yang kami alami mungkin juga dirasakan ribuan jamaah lainnya. Harapannya, ada tindak lanjut nyata. Karena ibadah ini sakral, dan jamaah butuh rasa aman serta layak selama menjalankan rukun Islam kelima," ujar Rifqi.(cnnindonesia)
Fachrul Razi Calon Dokter yang Berpulang sebelum Wisuda, Tangis Kakak Pecah Saat Wakili Sang Adik |
![]() |
---|
Seorang Ibu Hamil Bertaruh Nyawa, Grek Sorong Jadi Ambulans Darurat di Aceh Tengah |
![]() |
---|
Hindari Cuaca Buruk, Boat Pukat Karam di Kuala Raja Bireuen |
![]() |
---|
Setelah Delapan Jam, Sang Adik Temukan Mulki Meninggal di Dalam Sumur |
![]() |
---|
Nahkoda Periode 2025-2029, Anis Matta Kembali Tunjuk Sabur sebagai Ketua Partai Gelora Aceh Besar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.