Breaking News

Berita Subulussalam

Ikan Sungai Lae Batu-batu Subulussalam Kembali Mabuk Massal, Diduga Akibat Pencemaran Limbah Pabrik

Dalam rekaman itu tampak ikan bangsa Siluriformes atau kelompok ikan berkumis atau lazim disebut baung dan temabu.

Penulis: Khalidin | Editor: Saifullah
For Serambinews.com
IKAN MATI MASSAL - Kejadian ikan mati massal di Sungai Lae Batu-Batu, Kota Subulussalam 7 Mei 2025 lalu. Kini kejadian ikan mabuk massal kembali terjadi di Sungai Lae Batu-Batu pada 15 Juni 2025. 

Kesimpulan itu tertuang dalam telaah staf yang dikeluarkan DLHK Kota Subulussalam, Rabu (28/5/2025), menyikapi hasil uji aboratorium terhadap sampel air Sungai Lae Batu-Batu (daerah Belintang), Lae Sarkea, Lae Raso (Singgersing), Hilir Lae Rikit (Dusun Rikit), Median Lae Rikit, dan Hulu Lae Rikit.

Telaah staf tersebut bernomor: 66/80/DLHK/2025 tentang Analisis Data dari Hasil Uji Laboratorium Balai Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJT) Banda Aceh terhadap sampel yang diambil pada tanggal 7 Mei 2025, meliputi Hulu Lae Rikit, Lae Sarkea, Hilir Lae Rikit, Median lae Rikit, Lae Raso (Singgersing), Sungai Baltu-Batu (Belintang) dugaan pencemaran PMKS PT Mandiri Sawit Bersama (MSB).

Dijelaskan dia, berdasarkan hasil analisa kualitas air Sungai Lae Batu-Batu (Belintang), Lae Sarkea, Lae Raso Singgersing), Hilir Lae Rikit, Median Lae Rikit, dan Hilir Lae Rikit dengan baku mutu air sungai kelas 3 dan 4 sesuai PP RI Nomor 22 Tahun 2021.

Maka semua parameter yang diuji masih berada di bawah baku mutu air sungai kelas 3, sehingga kualitas air sungai tersebut masih baik atau tidak tercemar.

Parameter kualitas air yang dipengaruhi oleh air limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit berdasarkan PermenLHK Nomor 5 Tahun 2014 adalah pH, TSS, BODS, COD, minyak, dan lemak, serta N-Total.

Sehingga untuk mengatakan suatu air sungai telah tercemar oleh sebuah pabrik minyak kelapa sawit dapat dilihat dari kadar parameter tersebut apakah melebihi baku mutu atau tidak. 

Sementara dari hasil uji laboratorium yang telah dilakukan yakni kadar parameter pli, TSS, BOD5, COD, minyak dan lemak, serta N-Total pada lokasi Hilir.

Air Sungai Lae Rikit dari titik rencana pembuangan air limbah PMKS PT Mandiri Sawit Bersama (MSB) masih berada di bawah baku mutu air sungai.

Hal ini diprotes warga dengan cara memperlihatkan kondisi Sungai Lae Batu-Batu yang telah rusak akibat pencemaran sebagaimana postingan akun facebook Jarir Munthe Mabat.

Dalam postingan siaran langsung, Akun Facebook Jarir Munthe Mabat merekam kondisi air Sungai Lae Batu-Batu penuh dengan gumpalan mirip jelly yang diduga adalah limbah pabrik.

"Buka mata kalian lebar-lebar, siapa bilang Sungai Lae Batu-Batu baik-baik saja, lihat ini sudah rusak. Siapa yang tak percaya coba minum airnya," kata perekam dengan nada kesal.

Secara terpisah, masyarakat dan nelayan Kota Subulussalam mendesak Wali Kota Haji Rasyid Bancin atau HRB agar segera menonaktifkan Kepala dan Kabid Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) setempat.

Desakan itu disampaikan Hasbi Bancin, warga Kecamatan Rundeng kepada Serambinews.com, Kamis (29/5/2025), menanggapi hasil uji laboratorium air Sungai Lae Batu-Batu yang diduga tercemar oleh limbah dari Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS).

Menurut Hasbi, warga dan nelayan meragukan hasil uji lab air maupun ikan yang dilaksanakan oleh pihak DLHK Subulussalam.

Kecurigaan tersebut diakui sejak awal apalagi saat mendapat pemberitaan jika sampel air dan ikan dikirim seperti paket biasa dan tujuannya bukan ke lembaga lab namun personal.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved