Berita Banda Aceh

Klaim Aceh Intoleran Terbantahkan, Buku 1 Kota 5 Agama di Aceh Pembuktiannya

“Jangan terpengaruh dengan framing. Kami jamin tidak ada perlakukan diskriminatif di Aceh.” HASAN BASRI M NUR

Editor: mufti
Tangkap Layar Youtube Serambinews.
Penulis buku '1 Kota 5 Agama di Aceh', Dr Hasan Basri M Nur MA, menjadi narasumber dalam talkshow podcast TAMPIL DI TALKSHOW - Serambi Spotlight dengan tajuk 'Layakkah Aceh Disebut Tidak Toleran?". Podcast ini dipantu host Bukhari M Ali (News Manajer Serambi Indonesia) dan disiarkan langsung melalui Youtube Serambinews, Rabu (25/6/2025). 

“Jangan terpengaruh dengan framing. Kami jamin tidak ada perlakukan diskriminatif di Aceh.” HASAN BASRI M NUR, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dalam berbagai survei yang dilakukan sejumlah lembaga, terutama SETARA Institute, kerap menempatkan kota-kota di Aceh dalam Indeks Kota Intoleran. 

Data terbaru yang dirilis pada Mei 2025, SETARA Institute menempatkan Lhoksumawe, Banda Aceh, dan Sabang, ke dalam 10 kota intoleran pada tahun 2024. Lembaga itu mengatakan, ketiga kota ini ekosistem toleransinya belum benar-benar terbukti.

Oleh karena itu, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Dr Hasan Basri M Nur MA bersama tim melakukan penelitian secara kualitatif terhadap klaim lembaga survei tersebut. Hasil penelitian yang dituangkan dalam buku berjudul ‘1 Kota 5 Agama di Aceh’, sekaligus membantah bahwa kota di Aceh intoleran.

“Sehingga dari sejumlah informasi yang kami dapat, dari sejumlah hasil observasi, kami menyimpulkan ini tidak benar tudingan Aceh intoleran,” ujar Dr Hasan Basri sebagai narasumber dalam podcast di studio Serambinews, Rabu (25/6/2025).

Podcast yang mengangkat tema ‘Layakkah Aceh Disebut Tidak Toleran?’ dipandu oleh News Manager Serambi Indonesia, Bukhari M Ali, dan ditayangkan secara langsung di kanal Youtube Serambinews.

Dr Hasan yang juga sebagai penulis buku itu mengatakan, tujuan pihaknya melakukan penelitian dan penerbitan buku ini untuk mengungkapkan fakta sebenarnya tentang kehidupan di Banda Aceh. 

“Kami lebih banyak melakukan pendekatan kualitatif. Berbeda dengan survei-survei di luar yang lebih banyak mengedepankan kuantitatif. Kami lebih banyak mencari data melalui wawancara dengan tokoh-tokoh lintas agama,” katanya.

Dalam buku ini, sebut Dr Hasan, banyak mengungkapkan fakta yang langsung bersumber dari pemeluk agama, diantaranya Hindu, Budha, Kristen, Katolik, dan Islam.

“Ternyata agama Hindu sudah cukup lama di Aceh bahkan agama yang sangat tua di Aceh tapi penganutnya sangat sedikit menurut informasi yang kami peroleh dari tokoh Hindu. Sampai hari ini umat Hindu tinggal di Banda Aceh diperkirakan sekitar 32 orang,” paparnya.

Meskipun sebagai kaum paling minoritas, umat Hindu mengaku tidak ada gangguan dalam menjalankan ibadah dan hidup berdampingan dengan umat beragama lainnya tanpa adanya gesekan.

“Dalam buku ini kami mencantumkan beberapa hal yang berhubungan dengan tempat ibadah. Sehingga kami melakukan pemetaan tempat ibadah,” jelasnya.

Dr Hasan memaparkan, di Banda Aceh terdapat Kuil Palani Andawer untuk umat Hindu yang berlokasi di Gampong Keudah yang berada ditengah-tengah perkampungkan warga. Lalu ada Vihara Dharma Bhkati di Kampung Laksana.

Dalam penyelidikan, ternyata ada empat vihara yang terletak di dua desa, yakni Kampung Mulia dan Kampung Laksana. Adapun viraha tersebut, Vihara Buddha Sakyamuni, Vihara Dewi Samudera, dan Vihara Maitri.

“Bukan hanya satu vihara, ada empat. Berjejer letaknya. Dalam buku ini ada diulas sejarah pembangunannya, jumlah umatnya, dan posisi dia dalam tempat ibadah serta sebagai lembaga sosial,” papar Dr Hasan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved