Konflik Palestina vs Israel
Profil Marwan, Direktur RS Indonesia yang Gugur Akibat Serangan Israel, Ahli Jantung Langka di Gaza
Kehilangan Marwan Al-Sultan menjadi pukulan besar bagi sistem kesehatan Gaza, terutama karena ia adalah satu dari hanya dua konsultan ahli jantung
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Serangan udara yang dilancarkan militer Israel pada Rabu (2/7/2025) kembali menelan korban jiwa dari kalangan tenaga medis.
Salah satu korban tewas adalah dr Marwan Al-Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina.
Kabar tersebut disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Gaza.
Marwan terbunuh akibat serangan Israel yang menghantam rumahnya yang berada di wilayah pemukiman padat di barat daya Gaza.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza, bukan hanya Marwan, serangan yang diduga telah ditargetkan oleh Israel itu juga ikut menewaskan istri, anak, dan saudara perempuan Marwan.
BBC menyebut, serangan jet tempur F-16 Israel secara langsung menghantam kamar tidur Marwan, sementara bagian lain rumahnya tetap utuh.
Putri Marwan, Lubna Al-Sultan, menegaskan bahwa sang ayah tidak terlibat dalam gerakan politik mana pun dan hanya fokus memberikan pelayanan kesehatan di masa perang.
Insiden itu pun menambah panjang daftar tenaga medis yang gugur.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat, total lebih dari 1.500 petugas medis yang dilaporkan tewas sejak eskalasi konflik pada Oktober 2023
Baca juga: Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang Tewas Diserang Israel, tak Tinggalkan RS Selagi Perang
Profil Mrwan Al-Sultan Direktur RS Indonesia di Gaza
Marwan Al-Sultan dikenal sebagai salah satu dokter senior di Gaza, Palestina.
Ia juga merupakan seorang kardiolog atau dokter spesialis jantung dengan pengalaman panjang di dunia medis Palestina.
Sosok ini juga telah cukup lama mengabdikan diri di jalur Gaza.
Sejak tahun 2016, ia dipercaya untuk memimpin Rumah Sakit Indonesia di Gaza, salah satu rumah sakit terbesar dan terpenting yang melayani warga Gaza Utara.
Di tengah keterbatasan pasokan medis, pemadaman listrik, hingga ancaman serangan udara, Marwan tetap berada di garis depan layanan kesehatan.
Kepala Departemen Keperawatan RS Indonesia, Issam Nabhan mengatakan, bahwa sejak awal perang, Marwan tidak pernah meninggalkan rumah sakit dan terus mendesak tim medis untuk tetap melayani warga sipil.
"Ia mendesak kami untuk tetap tinggal dan memberikan bantuan kemanusiaan. Kami tidak tahu apa yang telah dia lakukan hingga pantas terbunuh," ujar Nabhan, dilansir dari BBC.
Baca juga: Profil & Rekam Jejak Marwan Al-Sultan,Direktur RS Indonesia di Gaza yang Tewas dalam Serangan Israel
Menurut laporan Al Jazeera, Marwan Al-Sultan tak hanya berperan sebagai direktur rumah sakit, tetapi juga menjadi salah satu sumber informasi utama mengenai kondisi warga Palestina di wilayah Gaza Utara.
Ia juga dikenal vokal di komunitas internasional, menyerukan perlindungan untuk tenaga kesehatan di zona konflik dan memberikan informasi terbaru mengenai situasi warga Gaza Utara.
Satu dari dua Ahli Jantung di Gaza yang tersisa
Kehilangan Marwan Al-Sultan menjadi pukulan besar bagi sistem kesehatan Gaza, terutama karena ia adalah satu dari hanya dua konsultan ahli jantung yang masih tersisa di wilayah tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh Dr. Mohammed Abu Selmia, Direktur Rumah Sakit Al-Shifa.
Ia memandang dr Marwan Sultan sebagai sosok yang tidak tergantikan.
Ia berduka cita atas gugurnya Marwan sambil memuji sosok mendiang sebagai cendekiawan terkemuka dan satu dari dua ahli jantung yang masih tersisa di Gaza.
“Ribuan pasien jantung akan menderita akibat pembunuhannya,” kata Selmia, seperti dilansir dari Kompas.com, Kamis (3/7/2025).
“Kita tidak punya pilihan selain bersikap tabah, tetapi rasa kehilangan itu sangat menghancurkan,” lanjutnya.
Disisi lain, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza, Munir al-Barash mengatakan, bahwa Marwan adalah salah satu kader ilmuwan paling terkemuka.
Baca juga: Tragedi Kemanusiaan di Gaza, 24 Orang Tewas Dihantam Bom Israel Seberat 230 Kg
Kematian Marwan Disebut Sebagai Penargetan Sistematis terhadap Tenaga Medis
Direktur Healthcare Workers Watch (HWW), Muath Alser, menyebut kematian Marwan sebagai kerugian besar bagi Gaza dan komunitas medis internasional.
Ia menyatakan bahwa ini adalah bagian dari penargetan yang sistematis terhadap tenaga kesehatan oleh Israel.
“Ini adalah bagian dari penargetan yang jauh lebih lama dan sistematis terhadap petugas kesehatan yang dijatuhi hukuman tanpa hukuman,” ujar Alser kepada The Guardian, Kamis (3/7/2025).
Healthcare Workers Watch (HWW) mencatat, Marwan menjadi petugas kesehatan ke-70 yang meninggal dalam serangan Israel selama 50 hari terakhir.
“Ini adalah hilangnya nyawa yang tragis, tetapi juga penghancuran puluhan tahun keahlian dan perawatan medis yang menyelamatkan nyawa mereka di saat situasi yang dihadapi warga sipil Palestina sangat buruk,” tambahnya.
Sementara itu, BBC dalam laporannya menyebutkan, bahwa Kementerian Kesehatan Gaza menuduh Israel sengaja menyerang tenaga medis dan relawan kemanusiaan.
Namun tuduhan itu dibantah oleh militer Israel (IDF).
Baca juga: Keji, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Tewas di Tangan Israel
Pasukan Pertahanan Israel dalam pernyataannya menyatakan penyesalan atas korban jiwa dari warga sipil yang tidak terlibat.
Mereka mengeklaim telah berupaya meminimalkan dampak terhadap mereka sebisa mungkin.
IDF juga menuding Hamas telah melanggar hukum internasional dengan menggunakan fasilitas sipil untuk operasi teroris dan menjadikan warga sipil sebagai tameng manusia.
Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh putri Marwan Al-Sultan, Lubna Al-Sultan, yang mengatakan bahwa rudal dari jet tempur F-16 secara langsung menghantam kamar ayahnya.
"Seluruh ruangan di rumah tetap utuh, kecuali kamar tempat ayah berada, yang dihantam langsung oleh rudal," ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa ayahnya tidak terlibat dalam gerakan politik apa pun, melainkan hanya fokus merawat pasien sepanjang masa perang.
Indonesia dan MER-C Kecam Serangan Israel
Kematian Marwan Al-Sultan mendapat respons cepat dari Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI).
Melalui akun resmi @Kemlu_RI, pemerintah Indonesia menyampaikan belasungkawa mendalam atas meninggalnya Marwan dan keluarganya, serta mengutuk serangan Israel yang telah menewaskan Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza tersebut.
“Indonesia turut berduka atas wafatnya dr. Marwan Al Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza, beserta keluarganya pada tanggal 2 Juli 2025 dan mengutuk serangan Israel tersebut,” tulis Kemenlu dalam cuitannya.
“Indonesia kembali menyerukan dihentikannya kekejaman Israel dan dilakukannya gencatan senjata segera di Palestina,” tambahnya.
Organisasi kemanusiaan MER-C Indonesia juga mengecam keras tindakan Israel.
Mereka menyebut Marwan sebagai tokoh penting yang terus menjalankan operasional RS Indonesia di tengah situasi ekstrem dan keterbatasan sumber daya.
Setelah RS Indonesia diblokade pada Desember 2024, Marwan sempat keluar, namun kembali ke Gaza Utara saat gencatan senjata dibuka pada Januari 2025.
Ia melanjutkan tugasnya sebagai penyambung harapan bagi ribuan warga Palestina, hingga akhirnya gugur dalam tugas.
(Serambinews.com/Yeni Hardika)
BACA BERITA LAINNYA DI SINI
Trump Sesumbar Akhiri Perang Gaza dalam Dua Pekan di Tengah Serangan Israel yang Terus Meningkat |
![]() |
---|
Kehancuran Rumah Sakit Nasser Gaza usai Serangan Ganda Israel, 22 Orang Tewas Termasuk 5 Jurnalis |
![]() |
---|
Trump Siapkan Rencana Gaza Pasca-perang, Warga Palestina Khawatir Jadi Korban Relokasi Paksa |
![]() |
---|
Enam Orang Tewas dan Puluhan Terluka Akibat Serangan Israel ke Ibu Kota Yaman, Houthi Janji Balas |
![]() |
---|
Israel Serang Ibu Kota Yaman dengan Bom Cluster, Menargetkan Infrastruktur Sipil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.