Berita Regional

Pasien Kritis Asal Pulau Mandangin Jatim Diangkut Kapal Nelayan ke RS, Ambulance Boat Tak Punya BBM

Uniknya, ambulance boat itu gagal berlayar bukan karena rusak atau sedang naik dok, tapi lantaran tidak anggaran untuk BBM (bahan bakar minyak).

Editor: Saifullah
KOMPAS.com/Dokumentasi Moh Jalil
PASIEN DIANGKUT PERAHU - Pasien kritis saat berada di atas perahu nelayan untuk dirujuk ke RS Qonaah Sampang, Jatim, Kamis (3/7/2025). 

Petugas puskesmas merekomendasikan agar Moh Wani dirujuk ke Rumah Sakit Qonaah. 

"Tidak ada yang menawarkan speedboat ke kami. Kata petugas, speedboat mereka tidak bisa digunakan karena keterbatasan anggaran," tuturnya. 

Jalil kemudian mencari perahu nelayan di dermaga Mandangin untuk mengantar mertuanya ke daratan. 

"Sekitar jam 02.30 WIB, saya baru dapat perahu seharga Rp 400.000,” beber dia.

“Lalu jam 03.30 WIB, bapak mertua saya tiba di dermaga dan langsung naik perahu ke Pelabuhan Tanglok," ujarnya. 

Selama perjalanan, kondisi Moh Wani semakin kritis, diperparah oleh angin laut yang kencang dan ombak yang membuat perahu goyang. 

"Selama di perahu, bapak kritis, engap-engapan dan masih diinfus. Kami ditemani satu perawat dari Puskesmas Mandangin,” tuturnya. 

“Lalu sekitar pukul 06.00 pagi, perahu tiba di Pelabuhan Tanglok," imbuh dia. 

Setibanya di pelabuhan, Moh Wani harus menunggu mobil ambulans selama 20 menit sebelum akhirnya tiba di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. 

"Saat ini bapak sudah sadar namun masih terus diinfus untuk menstabilkan gula darahnya,” terang dia. 

“Kondisinya juga masih lemas dan dirawat di ICU sampai sekarang," ungkap Jalil. 

Jalil menambahkan bahwa ayah mertuanya yang sudah sepuh dan sering mengalami sakit.

Keluarga selama ini memberikan obat dari apotek untuk membantu mengobati keluhan yang diderita Moh Wani. 

"Menurut diagnosis dokter di rumah sakit, bapak kami menderita gagal ginjal," tuturnya. 

Hingga berita ini diturunkan, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Sampang, dr Dwi Herlinda Lusi Harini, belum memberikan respons saat dihubungi Kompas.com. 

Ia tidak mengangkat telepon saat dihubungi.(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved