Opini
Penyakit Cinta Dunia dan Pengkhianatan Pemimpinan Arab terhadap Palestina yang Dijajah Israel
Suara-suara dan aksi nyata pembelaan terhadap Palestina sejatinya harus menggema dari negeri-negeri para pemimpin Arab katen Palestina adalah tetangga
Oleh: Dr Teuku Zulkhairi MA, Sekjend Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD), Akademisi UIN Ar-Raniry Banda Aceh
DI tengah derasnya hujan rudal Zionis yang meluluhlantakkan Gaza, dunia Arab seperti membisu.
Bahkan sebenarnya mereka ikut berpartisipasi secara langsung dan tidak langsung dalam melayani Zionis Israel melakukan Genosida di Gaza.
Suara-suara dan aksi nyata pembelaan terhadap Palestina sejatinya harus menggema dari negeri-negeri para pemimpin Arab karena Palestina adalah tetangga Arab mereka dan Muslim.
Tapi semua itu justru nyaris senyap, tertutup gemerlap istana-istana mereka yang megah.
Maka Genosida yang berlangsung di Gaza Palestina hari ini bukan semata-mata karena kekuatan militer Israel, tetapi lebih karena adanya pengkhianatan sebagian besar pemimpin Arab sendiri yang telah menjual kehormatan mereka kepada Zionis.
Inilah wajah nyata dari penyakit "wahan" — penyakit hati yang telah diingatkan oleh Rasulullah Saw berabad-abad silam:
"Hampir saja bangsa-bangsa mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang makan mengerumuni piringnya."
Para sahabat bertanya, "Apakah karena jumlah kami sedikit saat itu, wahai Rasulullah?"
Rasul menjawab, "Tidak, justru kalian banyak saat itu, tetapi kalian seperti buih di lautan. Allah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian dan menanamkan dalam hati kalian penyakit wahan." Mereka bertanya, "Apakah wahan itu wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Cinta dunia dan takut mati." (HR. Abu Dawud).
Penyakit takut mati inilah yang membelenggu para raja dan pemimpin Arab saat ini. Padahal kematian adalah sesuatu yang pasti dan bahwa hanya kematian di jalan Islam saja letak kemuliaan seorang muslim.
Tapi ironisnya para penguasa Arab tidak lagi menjadikan kemuliaan akhirat sebagai orientasi perjuangan.
Alih-alih membela saudara-saudara seiman yang sampai detik ini terus disembelih secara biadab di Gaza, mereka justru berlomba-lomba menjalin normalisasi hubungan dengan Israel melalui proyek-proyek ekonomi, politik, bahkan militer.
Palestina ditinggalkan, Gaza dikhianati.
Sebagian besar negara-negara Arab, yang secara geografis lebih dekat ke Palestina daripada negeri-negeri Muslim lain, justru menutup mata terhadap derita Gaza.
Mereka meniup dunia Islam seolah mereka peduli melalui lisan-lisan pengkhianatan mereka, tapi pada saat yang sama mereka tidak mampu menyembunyikan pengkhianatan mereka.
Negara seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan sebagainya bahkan telah secara resmi menormalisasi hubungan dengan Israel dalam kerangka Abraham Accords.
Arab Saudi yang selama ini dipandang sebagai pemimpin dunia Islam, juga tanpa malu memainkan politik ambigu — antara menjaga citra di mata umat Islam dan merayu Amerika serta Israel demi kepentingan geopolitik regional.
Bahkan Mesir telah secara nyata menunjukkan diri sebagai pelayan bagi kepentingan dan agenda Zionis dan membantai umat Islam di Gaza.
Sementara Yordania tak ubahnya seperti kiper dalam pertandingan sepak bola bagi zionis Israel. Jordania berjuang keras menangkis semua serangan ke zionis yang datang dari Iran.
Semua ini bukan tanpa alasan. Para pemimpin Arab telah terjerumus ke dalam kecintaan duniawi yang melumpuhkan keberanian mereka.
Kekayaan minyak, istana megah, dan kehidupan penuh kemewahan telah membuat mereka takut kehilangan segalanya.
Mereka lebih takut kehilangan tahta dan harta daripada takut kepada Allah dan murka-Nya karena membiarkan darah umat Islam tumpah tanpa pembelaan.
Sesungguhnya, jika para pemimpin Arab benar-benar mengikuti jejak Nabi dan para sahabat, mereka akan menyadari bahwa kehormatan umat Islam tidak bisa dibeli dengan normalisasi politik atau investasi ekonomi.
Palestina adalah tanah suci ketiga umat Islam. Al-Quds adalah kiblat pertama umat Islam.
Tetapi kini, tanah itu diperkosa setiap hari, dan para pemimpin Muslim sampai detik ini nyaris tidak melakukan apapun untuk menghentikan pembantaian di Gaza.
Malahan elite-elite Uni Emirat Arab justru menyalahkan para pejuang Palestina.
Namun, dibalik pengkhianatan para pemimpin Arab ini, ada suara rakyat di negeri Arab yang menggema.
Masyarakat sipil, para ulama yang jujur, dan umat Islam di akar rumput terus menyuarakan pembelaan terhadap Palestina.
Begitu juga demonstrasi besar-besaran di berbagai negara Barat yang menunjukkan bahwa hati umat manusia belum mati.
Namun sayang, suara rakyat ini belum mampu meruntuhkan tembok pengkhianatan para penguasa mereka.
Kita tidak boleh lupa, bahwa kekuatan Zionis hari ini hanyalah sementara.
Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah, bila penyakit wahan terus menguasai hati umat Islam dan para pemimpinnya, maka kekalahan moral dan spiritual umat akan lebih berbahaya daripada kekalahan militer.
Umat Islam tidak akan pernah bangkit selama masih tunduk pada hawa nafsu dunia dan melupakan akhirat.
Oleh karena itu, umat Islam harus bersatu melawan dua musuh sekaligus: Zionis Israel yang nyata menyerang dari luar, dan para pemimpin Muslim pengkhianat yang menikam dari belakang.
Hanya dengan kembali kepada ajaran tauhid yang murni, mencintai akhirat lebih daripada dunia, serta menegakkan keadilan dan keberanian membela yang lemah, umat Islam akan kembali berjaya.
Palestina hari ini adalah cermin dan wajah bagi dunia Islam.
Selama pemimpin-pemimpin Muslim masih mengidap penyakit wahan, maka Gaza akan terus berdarah.
Tetapi jika mereka bangkit dari kelalaian dan cinta dunia, maka janji Allah pasti akan datang: kemenangan bagi orang-orang yang sabar dan beriman. Wallahu a'lam bishsawab.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.