Berita Banda Aceh

Peluang dan Tantangan Dokter Bedah Menjadi Entrepreneur di Era Disrupsi JKN

Bagi dokter bedah, perubahan ini tidak hanya menantang secara profesional, tetapi juga membuka peluang baru untuk berkembang sebagai entrepreneur.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
JADI PEMBICARA - dr Indra Wijaya Putra SpB (kiri) dan dr Abri Hatinsyah SpB FINACS (tengah) menjadi pembicara di simposium ke-8 The 7th Aceh Surgery Update Meeting, atau ASUM 2025, yang digelar di Banda Aceh, Minggu (6/7/2025). Simposium ini dimoderatori oleh Dokter Spesialis Bedah Anak di RSUDZA, dr Teuku Yusriadi SpBA (kanan). 

Peluang dan Tantangan Dokter Bedah Menjadi Entrepreneur Di Era Disrupsi JKN

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Era disrupsi dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) membawa perubahan signifikan pada ekosistem layanan kesehatan di Indonesia. 

Transformasi ini, yang ditandai oleh pembiayaan berbasis kapitasi dan sistem INA-CBGs, menuntut efisiensi biaya tanpa mengabaikan mutu pelayanan. 

Bagi dokter bedah, perubahan ini tidak hanya menantang secara profesional, tetapi juga membuka peluang baru untuk berkembang sebagai entrepreneur di bidang kesehatan.

Owner Rumah Sakit Umum Bireuen Medical Center (BMC), dr Abri Hatinsyah SpB FINACS, dan ower Klinik Sunat Surgero, dr Indra Wijaya Putra SpB memaparkan tantangan dan peluang dokter bedah menjadi entrepreneur di era disrupsi JKN.

Paparan ini disampaikan oleh keduanya dalam symposium ke-8 The 7th Aceh Surgery Update Meeting, atau ASUM 2025, yang digelar di Banda Aceh, Minggu (6/7/2025).

Simposium ini dimoderatori oleh Dokter Spesialis Bedah Anak di RSUDZA, dr Teuku Yusriadi SpBA.

Baca juga: Tantangan Infeksi dan Penanganan Bedah Jadi Fokus Utama di Aceh Surgery Update Meeting 

Dokter Abri mengungkapkan bahwa di era layanan kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, memang menghadapi tantangan besar dalam menjaga kualitas pelayanan sekaligus menyesuaikan dengan regulasi yang ada.

“Di era BPJS Kesehatan ini memang sulit. Jadi ada tips and triknya agar kita tetap bisa bertahan bersama BPJS,”ujarnya.

Salah satu strategi yang diterapkan dalam operasional rumah sakit, lanjutnya, adalah efisiensi dalam penggunaan Bahan Habis Pakai (BHP), terutama untuk peralatan yang tergolong mahal. 

Rumah sakit dituntut untuk memilih bahan-bahan medis yang harganya paling minimal, namun tetap memenuhi standar kualitas yang maksimal.

“Jadi untuk operasi-operasi kita menggunakan bahan yang harganya minimal, tapi dalam standar yang maksimal,” jelasnya kepada peserta symposium.

Ia juga menambahkan bahwa setiap rumah sakit memiliki tim kendali mutu yang bertugas menjaga kualitas layanan, termasuk dalam pemilihan BHP dan pelaksanaan tindakan medis.

Sebagai owner rumah sakit, dr Abri mengakui bahwa sejumlah regulasi dari BPJS Kesehatan saat ini cukup memberatkan. 

Meski demikian, pihaknya terus berupaya menyesuaikan diri dengan kebijakan tersebut demi memastikan layanan kepada pasien tetap berjalan optimal.

“Kebetulan saya di TKMKB (Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya) BPJS Kesehatan, jadi tau permasalahan rumah sakit-rumah sakit yang melayani pasien BPJS,” paparnya.

Menurutnya, jika rumah sakit mengambil biaya tambahan pemeriksaan dari pasien BPJS, dipastikan bahwa rumah sakit tersebut akan mendapat sanksi dari BPJS Kesehatan.

Senada dengan itu, dr Indra turut menyoroti bahwa transformasi bisnis rumah sakit saat ini menghadapi tantangan berat.

Ia menyebut bahwa sebagian besar rumah sakit dari Sabang sampai Merauke mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan sistem BPJS, mengingat 95 persen masyarakat Indonesia saat ini tercakup dalam layanan BPJS Kesehatan.

“Sekarang rumah sakit mau tidak mau memang harus melayani (pasien) BPJS. Tidak mungkin tidak bekerja sama. Tapi kita bekerja sama, harga dan ketentuannya makin ditekan,” kata dr Indra.

Menurutnya, langkah menentang bukan lagi solusi yang relevan. 

"Hari ini kita tidak mungkin melawan BPJS. Alih-alih kita ribut untuk berjuang agar BPJS melunak, di sisi lain kita tahu keuangan negara semakin berat. Negara pasti nggak akan mau mensubsidi BPJS terus-menerus,” katanya.

Sebagai solusi, dr Indra menyatakan pentingnya menciptakan peluang baru. 

"Jadi saya ciptakan peluang baru. Sebagai dokter bedah, kita tidak berpikir dari aspek bisnis saja, tapi juga aspek pelayanan dan lainnya," pungkasnya.

Doktrer Indra merupakan putra daerah Pidie Aceh yang telah membuka klinik sunat dengan teknologi terkini Radiofrekuensi Pro (RF Pro).

Dalam pemberitaan Serambinews.com yang diterbitkan pada 17 Desember 2023, dokter spesialis bedah alumnus Universitas Syiah Kuala (USK) itu menjelaskan, RF Pro menawarkan proses tindakan yang cepat, minim nyeri, tanpa jahit dan mempercepat penyembuhan luka.

Selain itu, pasien dapat merasakan pengalaman unik dengan beragam pilihan permainan, termasuk Meta Quest Journey, yang dirancang khusus untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak.

Klinik Sunat Surgero menawarkan beragam pilihan permainan, seperti VR, Meta Quest 3, ROG Ally dan Steam deck untuk memberikan pengalaman yang unik bagi pasien.

Sejak diresmikan, Klinik Sunat Surgero kini memiliki lima cabang di Indonesia seperti Sunat Surgero Tebet, Sunat Surgero Pluit, Sunat Surgero Mampang, Sunat Surgero Bekasi, Sunat Surgero Bandung, Sunat Surgero kebayoran Baru, dan Sunat Surgero BSD.

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved