Sosok Rayyan, Bocah Menari di Ujung Sampan Pacu Jalur yang Viral, Jogetnya Diparodikan Seluruh Dunia

Inilah sosok bocah asyik berjoget di ujung sampan yang melaju cepat kini tengah viral di media sosial. 

Editor: Faisal Zamzami
Kompas.com/Idon Tanjung, tangkapan layar video viral
BOCAH PACU JALUR- Sosok Rayyan Arkan Dikha, bocah penari tradisi Pacu Jalur yang viral karena tren "aura farming" di TikTok. 

SERAMBINEWS.COM, KUANSING - Media sosial kini dipenuhi dengan video gerakan menari yang terinspirasi dari tari anak Pacu Jalur Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.

 Fenomena ini tidak hanya melibatkan warga Indonesia, tetapi juga menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia, hingga menjadi viral.

Tarian ini semakin dikenal setelah dipopulerkan oleh klub sepakbola internasional, seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan, melalui akun resmi media sosial mereka.

Gerakan tersebut kini dikenal dengan istilah "aura farming", yang tengah populer di kalangan pengguna media sosial.

Inilah sosok bocah asyik berjoget di ujung sampan yang melaju cepat kini tengah viral di media sosial. 

Gerakannya banyak diparodikan warganet dari berbagai belahan dunia.

Bocah tersebut adalah Rayyan Arkhan Dhika.

Bocah berusia 11 tahun asal Desa Pintu Lobang Kari, Kecamatan Kuantan Tengah, Kuansing itu viral karena aksinya saat menjadi Togak Luan.

Momen ini terjadi saat digelar tradisi Pacu Jalur di Kuantan Singingi (Kuansing), Riau

 Rayyan saat itu menjadi Togak Luan, simbol bahwa jalur tim mereka sedang memimpin lomba.

 Saat tampil di ajang Pacu Jalur, Rayyan mengenakan setelan teluk belanga hitam, lengkap dengan tanjak khas Melayu Riau dan kacamata hitam.

 Aksinya menari di ujung perahu mendapat sorotan tajam dari warganet.

“Saya tidak menyangka bisa seviral itu. Tahunya setelah lihat media sosial, banyak orang luar yang ikut-ikutan nari,” kata Rayyan, beberapa waktu lalu.

 Menariknya, Rayyan mengaku bahwa gerakan tari itu dilakukan secara spontan, tanpa latihan sama sekali.

 “Itu spontan saja. Tidak ada belajar atau latihan,” ujarnya sambil tersenyum.

Rayyan memang bukan anak biasa.

Sejak kecil, ia sudah akrab dengan Sungai Kuantan.

Ia terbiasa berenang dan menaiki sampan, dua keterampilan penting yang wajib dimiliki seorang Togak Luan, penari di ujung perahu Pacu Jalur.

“Ayah sering ngajak ke Pacu Jalur, jadi saya tertarik,” kenang Rayyan.

Baca juga: VIRAL Mertua Usir Menantu di Susel, Uang dan Emas Total Rp80 Juta Dirampas, Terungkap Penyebabnya

Ayah Rayyan adalah mantan peserta dari tim Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo.

Kakaknya pun pernah menjadi Togak Luan.

Kini, Rayyan mengikuti jejak keluarga dan sudah dua tahun berturut-turut menjadi bagian dari tim yang sama.

 Di balik gemerlap perhatian publik, Rayyan tetap anak-anak seperti biasa. Ia duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar dan bercita-cita menjadi seorang prajurit TNI.

Fenomena tarian viral Rayyan bukan hanya jadi pembicaraan lokal.

Ibunya, Rani, mengaku menerima banyak panggilan dari dalam dan luar negeri.

“Ada yang dari Inggris, Dubai juga ada. Mereka minta live gitu, saya iyakan,” cerita Rani.

Meski bangga, Rani juga kerap merasa khawatir saat Rayyan naik ke jalur, mengingat posisi Togak Luan sangat berisiko jika tidak menjaga keseimbangan.

 “Khawatirnya dia jatuh. Tapi di situ ada tim penyelamat juga. Makanya saya selalu ingatkan jaga keseimbangan,” ujar sang ibu.

Sebagai orang tua, Rani mendukung penuh semangat anaknya melestarikan tradisi daerah.

Ia berharap momen viral ini bisa menjadi pintu gerbang bagi Pacu Jalur Kuansing untuk dikenal lebih luas di kancah internasional.

 “Bangga sekali. Semoga Pacu Jalur Kuansing semakin dikenal lebih luas,” harapnya.

Baca juga: Diikuti Paris Saint Germain dan AC Milan, "Aura Farming " Tarian Anak Pacu Jalur Riau Viral Mendunia

 Jumlah Wisatawan di Riau

 Meningkat Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Riau, Roni Rakhmat, mengatakan viralnya tarian anak Pacu Jalur berdampak positif kepada pariwisata Riau, khususnya di Kuansing.

"Tentu ini merupakan kebanggaan luar biasa bagi kami, bagi Riau, dan khususnya Kuansing. Dengan adanya viralitas 'aura farming' ini, perhatian dunia semakin tertuju pada festival Pacu Jalur. Ini membuktikan bahwa budaya lokal kita memiliki daya tarik universal dan bisa dikenal secara global," kata Roni saat diwawancarai Kompas.com di Pekanbaru, Jumat (4/7/2025).

 Lebih lanjut, Roni menyebut jumlah wisatawan yang meningkat tajam berdampak signifikan terhadap ekonomi.

"Seperti hotel-hotel penuh, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) laris manis, dan transportasi hidup," sebut Roni "Berbagai sektor jasa ikut merasakan dampaknya. Ini menggerakkan roda perekonomian masyarakat," tambahnya.

Dari sisi pariwisata, dia mengatakan, Pacu Jalur semakin mengukuhkan posisinya sebagai magnet utama destinasi wisata budaya di Riau, bahkan di Indonesia.

"Kami melihat adanya peningkatan minat dari biro perjalanan dan wisatawan untuk memasukkan Pacu Jalur dalam agenda kunjungan mereka," kata Roni.

Roni berharap, setelah viral "aura farming", semakin banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Kuansing untuk melihat Pacu Jalur.

Adapun puncak Pacu Jalur Kuansing akan diadakan pada 20-25 Agustus 2025.

 

 

Tradisi Pacu Jalur

 Tradisi Pacu Jalur merupakan salah satu acara besar yang diadakan di Kabupaten Kuansing, yang berlangsung setiap bulan Agustus untuk memperingati kemerdekaan Indonesia.

Dalam perlombaan ini, perahu berukuran kecil dan panjang mendayung di aliran Sungai Kuantan.

Menariknya, di ujung jalur terdapat seorang anak kecil yang melakukan gerakan menari.

Anak tersebut mengenakan pakaian adat dan tanjak Melayu Riau, berdiri lincah di atas perahu yang melaju kencang.

 Menurut Mahviyen Trikon Putra, seorang tokoh Pacu Jalur Kuansing, anak yang menari tersebut dikenal dengan sebutan "Togak Luan".

Mahviyen, yang dulunya juga merupakan anak Togak Luan saat kecil, menjelaskan bahwa di atas jalur yang berpacu ada dua anak kecil: satu di depan (Togak Luan) dan satu di belakang yang disebut Tukang Onjai, bertugas menggoyangkan jalur.

"Yang menari di haluan jalur itu memang hanya anak kecil, berusia sekitar 8 sampai 13 tahun. Dia bertugas memberikan semangat bagi anak pacu dalam mendayung jalurnya," jelas Mahviyen kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (3/7/2025).

Mahviyen menambahkan, anak yang berada di belakang jalur bertugas mengarahkan jalur ke kiri dan kanan.

Dahulu, posisi ini diisi orang dewasa, namun kini digantikan oleh anak-anak untuk mengurangi beban jalur.

"Tarian yang dilakukan anak kecil di ujung jalur sebagai tanda bahwa jalurnya dalam posisi unggul," ungkapnya.

Tarian tersebut dilakukan secara spontan dan menjadi daya tarik tersendiri, dengan gerakan yang tidak ditentukan, hanya mengikuti naluri sambil menjaga keseimbangan.

Ketika jalurnya kalah, anak tersebut biasanya akan duduk. "Karena jika tetap berdiri dan menari, itu menyampaikan informasi yang salah," tambahnya, diiringi tawa.

 Mahviyen juga menjelaskan bahwa terkadang anak Togak Luan melompat ke sungai saat jalur sedang berpacu untuk mengurangi beban.

"Dia loncat ke sungai untuk mengurangi beban," kata Mahviyen, yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kuansing.

Syarat Menjadi Anak Togak Luan

Syarat untuk menjadi anak Togak Luan antara lain harus pandai berenang, menjaga keseimbangan, dan memiliki mental yang kuat.

 "Kalau tidak kuat mental, bisa jatuh ke sungai karena banyak yang menonton," tuturnya.

Pacu Jalur Kuansing kini telah dikenal hingga ke luar negeri berkat gerakan tari anak Togak Luan yang ditiru banyak orang.

Mahviyen mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian ini.

"Kami sangat berbangga sekali Pacu Jalur Kuansing bisa menembus belahan dunia. Inilah impian kami, Pacu Jalur mendunia," ujarnya.

Ia berharap semakin viralnya Pacu Jalur ini akan menarik lebih banyak pengunjung dari dalam dan luar negeri untuk menyaksikan langsung.

 Mahviyen juga menginginkan diadakannya Pacu Jalur kelas internasional di Kuansing.

 "Semoga suatu hari nanti diadakan Pacu Jalur antar negara di Kuansing," harapnya. Acara Pacu Jalur Kuansing selanjutnya dijadwalkan berlangsung pada 20 hingga 25 Agustus 2025, yang telah ditetapkan dalam kalender iven pariwisata nasional.

Baca juga: Harga Emas 6 Juli 2025 di Abdya: Emas Murni Rp 5,7 Juta, Daya Beli Stabil

Baca juga: Eks Gubernur Sumsel Alex Noerdin Jadi Tersangka Korupsi untuk Ketiga Kalinya, Berikut Kasusnya

Baca juga: Info Cuaca, Setelah Kemarau, Hujan Mulai Guyur Aceh Singkil Disertai Angin 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved