Sapi Mati Massal

Penyebab Kematian 8 Sapi di Tamiang Masih Misteri, 1 Sapi Hidup Terdeteksi Positif Brucellosis

Namun, dalam laporan tertulis hasil pemeriksaan lab itu, diungkapkan temuan baru. Bahwa tim Labvet Sumut menyatakan, sapi-sapi itu tidak mati...

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Eddy Fitriadi
SERAMBINEWS.COM/YARMEN DINAMIKA
Kepala Dinas Peternakan Aceh, Zalsufran ST MSi. Penyebab Kematian 8 Sapi di Tamiang Masih Misteri, 1 Sapi Hidup Terdeteksi Positif Brucellosis. 

Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh 

SERAMBINEWS.COM  - Penyebab kematian delapan ekor sapi bali di Aceh Tamiang pekan lalu masih misteri. Untuk sementara, baru berhasil dipastikan bahwa penyebab kematiannya bukan karena penyakit mulut dan kuku (PMK) maupun penyakit jembrana sebagaimana hasil lab.

Penyebab lainnya masih terus dikaji oleh Laboratorium Veteriner (Labvet) Sumatera Utara yang berkedudukan di Medan.

Pihak Labvet Sumut sudah menyampaikan hasil pemeriksaan sementara terhadap sampel darah sapi-sapi tersebut kepada Dinas Peternakan Aceh di Banda Aceh pada Selasa (8/7/2025) siang.

Kepala Dinas Peternakan Aceh, Zalsufran ST MSi menyampaikan informasi tersebut kepada Serambinews.com dua jam setelah ia terima hasil pemberitahuan Labvet Sumut itu.

Secara umum, hasil lab itu masih sama dengan yang sudah tersiar selama ini bahwa  PMK dan jembrana bukanlah penyebab kematian kedelapan sapi bali tersebut.

Namun, dalam laporan tertulis hasil pemeriksaan lab itu, diungkapkan temuan baru. Bahwa tim Labvet Sumut menyatakan, sapi-sapi itu tidak mati serentak pada hari yang sama. Ada yang matinya berselang dua hari dari sapi yang mati duluan.

Kedua, darah yang keluar dari anus seluruh sapi nahas itu bukanlah disebabkan virus, bakteri, atau penyakit tertentu, melainkan karena bangkai sapi-sapi itu belum dikubur meski sudah lebih dua hari mati.

Pada hari ketiga, saat perutnya mulai gembung, darah pun keluar dari anus sapi-sapi tersebut. Jadi, terkesan darah yang keluar dari anus itu disebabkan penyakit tertentu.  Padahal, itu proses alamiah jika sapi mati tak segera dikubur lebih dari tiga hari.

Ketiga, tim Labvet Sumut sudah memeriksa sejumlah sapi hidup yang sebelumnya berada dalam satu umbaran (padang rumput) yang sama dengan sapi-sapi yang mati itu.

Hal ini dilakukan karena masih memungkinkan untuk mengambil sampel darah dari sapi yang hidup, hal yang tak lagi mungkin diambil dari sapi mati lebih dari tiga hari.

Hasil pemeriksaan sampel darah dari sapi-sapi yang hidup itu menunjukkan bahwa mereka sehat-sehat saja.

Akan tetapi, ada seekor sapi dalam kawasan umbaran itu yang sampel darahnya positif mengidap penyakit brucellosis. 

Terkait temuan satu kasus brucellosis ini, Zalsufran sudah menelepon ke Aceh Tamiang, minta pemegang otoritas sektor peternakan di sana untuk segera mengisolasi sapi tersebut. 

Jika kondisi menghendaki, kata Zalsufran, maka sapi tersebut harus segera disembelih atau dimusnahkan.

Secara teknis medis, daging dari sapi yang terkena brucellosis masih mungkin untuk dikonsumsi manusia. Namun, harus dengan perlakuan sangat khusus di bawah pengawasan dokter hewan atau tenaga keswan.

Begitupun, Zalsufran sudah mengingatkan bahwa brucellosis tergolong zoonis alias penyakit hewan yang dapat menular ke manusia.

"Jadi, harus ditimbang-timbangdengan matang mana lebih besar manfaat daripada mudarat memakan daging sapi yang positif mengidap brucellosis itu," kata Zalsufran

Merujuk sejumlah referensi ilmiah yang diakses Serambinews.com, brucellosis ternyata disebabkan oleh bakteri Brucella yang dapat menyebabkan gangguan reproduksi, seperti  infertilitas, aborsi, orchitis (radang buah zakar), dan epididimitis (radang saluran sperma).

Gejala klinis brucellosis pada sapi tidak secara spesifik disebutkan, tapi gejala pada manusia yang terinfeksi dari sapi, antara lain, adalah lemah, demam, berkeringat, nyeri sendi dan otot, serta sakit kepala.

Bahayanya bagi manusia adalah brucellosis dapat menular dari sapi ke manusia melalui konsumsi produk susu atau daging yang tidak dipasteurisasi atau dimasak matang, menghirup udara yang terkontaminasi bakteri Brucella, dan menyentuh darah atau cairan tubuh sapi yang terinfeksi.

Oleh karenanya, penting untuk mencegah penularan dengan memasak daging sapi sampai matang dan mempasteurisasi susu dari sapi yang terjangkit brucellosis.(*) 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved