Berita Lhokseumawe

September 2025 Terjadi 2 Gerhana, 1 Kali Terlihat di Indonesia, Ini Hasil Kajian Ahli Falak Aceh

Untuk gerhana bulan total akan berlangsung pada 7 September 2025 M, 15 Rabiul Awal 1447 H.

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
PRAKIRAAN GERHANA - Ahli Falak Aceh, yang juga Dosen Ilmu Falak Fakultas Syariah UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, Dr Tgk Ismail S.Sy MA, menyebutkan akan terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari pada September 2025 

Untuk gerhana bulan total akan berlangsung pada 7 September 2025 M, 15 Rabiul Awal 1447 H.

Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Sesuai kajian ilmu falak pada September 2025 ini akan terjadi dua kali gerhana.

Kedua gerhana tersebut adalah gerhana bulan total dan gerhana bulan parsial.

Untuk gerhana bulan total akan berlangsung pada 7 September 2025 M, 15 Rabiul Awal 1447 H.

Sedangkan untuk gerhana matahari parsial akan terjadi 22 Septemberr 2025 M, 29 Rabiul Awal 1447 .

Namun dari dua gerhana yang tersisa terjadi pada tahum 2025 ini, hanya satu yang bisa disaksikam dari langit Indonesia, termasuk di wilayah Aceh, yakni gerhana bulan total.

Berikut penjelasan Ahli Falak Aceh, yang juga Dosen Ilmu Falak Fakultas Syariah UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, Dr Tgk Ismail S.Sy M.A.

Baca juga: Sejarah Baru, Pabrik Karet Remah di Aceh Barat Pertama di Tanah Rencong, Diresmikan Adik Prabowo

Tgk Ismail menguraikan, gerhana merupakan peristiwa terhalangnya cahaya dari sebuah sumber oleh benda yang lain.

Seperti terhalang cahaya matahari oleh bulan yang menyebabkan terjadinya gerhana matahari dan terhalang cahaya matahari oleh bumi yang menyebabkan gerhana bulan.

Gerhana matahari terjadi pada fase bulan baru (new moon), sedangkan gerhana bulan terjadi pada fase bulan purnama (full moon).

Namun tidak setiap bulan baru akan terjadi gerhana matahari dan setiap bulan purnama terjadi gerhana bulan. 

Hal ini disebabkan bidang orbit bulan dalam mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang orbit bumi dalam mengitari matahari, namun bidang orbit bulan berbentuk miring dengan besar sudut sekitar 5 derajat.

Seandainya bidang orbit bulan sama dengan bidang orbit bumi, maka bisa dipastikan disetiap bulan baru akan terjadi gerhana matahari dan setiap bulan purnama terjadi gerhana bulan.

Baca juga: Cuaca Tak Kunjung Membaik, TA Khalid Lanjutkan Perjalanan Via Jalur Darat

Lanjutnya, gerhana matahari dikenal ada empat jenis, pertama, gerhana matahari total, dimana saat puncak gerhana terjadi, seluruh piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan, sehingga matahari terlihat hitam dan memancarkan cahaya korona yang indah. 

Kedua, gerhana parsial, dimana saat puncak gerhana terjadi hanya sebahagian piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan. 

Ketiga, gerhana cincin, dinamai dengan cincin karena saat puncak gerhana terjadi, piringan bulan hanya menutupi pertengahan piringan matahari saja sehingga matahari terlihat bercahaya pada lingkaran pinggir saja yang berbentuk mirip cincin dan pada posisi tengah natahari berwarna hitam.

Keempat, gerhana hibrida, dimana saat puncak gerhana terjadi, di satu daerah terlihat gerhana matahari total dan di daerah lain terlihat dalam berbentuk gerhana cincin. Gerhana jenis terakhir ini tergolong peristiwa gerhana yang relatif jarang terjadi atau langka.

Untuk gerhana bulan dikenal ada tiga macam jenisnya.

Pertama, gerhana bulan total, dimana saat puncak gerhana seluruh piringan bulan memasuki bayangan umbra (inti) bumi, sehingga bulan terlihat saat itu berwarna hitam kemerah-merahan. 

Baca juga: Meunasah Balee Lampuuk Aceh Besar Ditargetkan Juara Lomba Desa Wisata Nusantara 2025

Kedua, gerhana Bulan sebahagian (parsial), dimana saat puncak gerhana terjadi, permukaan bulan hanya sebagian memasuki dalam bayang inti bumi (bayang umbra). 

Ketiga, gerhana bulan penumbra, dimana bulan hanya memasuki dalam kerucut bayang luar bumi saja (bukan bayang inti bumi), tidak sampai kedalam bayang inti (bayang umbra).

Pada saat gerhana ini terjadi, secara kasat mata, bulan hanya terlihat redup tidak memancarkan sinar yang kuat seperti pada saat purnama-purnama lainnya.

Untuk mengetahui proses terjadinya gerhana penumbra harus menggunakan teleskop. 


Di tahun 2025, secara global akan terjadi 4 kali gerhana, 2 kali gerhana matahari dan 2 kali gerhana Bulan.


1. Gerhana Bulan Total, 14 Maret 2025 M, 14 Ramadhan 1446 H (Sudah terjadi).


2.Gerhana Matahari Parsial, 29 Maret 2025 M, 29 Ramadhan 1446 H (Sudah terjadi).


3.Gerhana Bulan Total, 7 September 2025 M, 15 Rabiul Awal 1447 H.


4. Gerhana Matahari Parsial, 22 Septemberr 2025 M, 29 Rabiul Awal 1447 H.


Dari 4 gerhana yang akan terjadi pada tahun 2025, lanjutnya, hanya gerhana bulan total, pada 7 September 2025 yang dapat dilihat dari daratan Aceh dan Indonesia.


Untuk gerhana yang lain tidak ada satupun yang dapat dilihat dari Aceh, hal ini dikarenakan wilayah gerhana tidak ada satupun yang melewati daratan Aceh dan Indonesia.


Gerhana Bulan Total 7 September 2025 yang terjadi pada pertengahan Bulan Rabi’ul Awal 1447 Hijriah dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia dan sebahagian besar daratan di permukaan bumi. 


Wilayah lain yang dapat mengamati gerhana adalah wilayah Eropa, Afrika, Asia, dan Australia.


Secara detail prosesi gerhana sebagai berikut:
Magnitudo Umbra : 1,3619. 
Durasi Umbra : 03 jam 29 menit 24 detik. 
Total : 01 jam 22 menit 06 detik. 
Kontak Umbra 1  : 23:27:02 WIB. 
Kontak Umbra 2 : 00:30:41 WIB (8 September 2025). 
Gerhana Total : 01:11:43,1 WIB. 
Kontak Umbra 3 : 01:52:47 WIB. 
Kontak Umbra 4 : 02:56:26 WIB. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved