Perang Gaza

Memilukan, Pasien di Gaza Hadapi Kematian karena Kelaparan, Tim Medis Bekerja tanpa Makanan

Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan para dokter, perawat, dan orang lain yang merawat orang-orang di Gaza juga

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/instagram
Seorang ayah memeluk anaknya dengan dekapan penuh kasih di lantai sebuah rumah sakit di Gaza sesaat akan mendapat perawatan akibat pemboman penjajah Israel. Saat ini dilaporkan banyak di antara anak-anak Gaza yang menderita kelaparan, sekarat dan meninggal akibat blokade bantuan oleh Israel. 

Perdana Menteri Israel menghadapi tuduhan memperpanjang perang karena alasan politik, karena sejauh ini ia menolak berjanji tidak akan melanjutkan perang setelah potensi gencatan senjata selama 60 hari

Sekutu Israel Murka, Inggris, Prancis, dan 23 Negara Lainnya Tuntut Perang Brutal Zionis di Gaza Diakhiri Segera

Lebih dari dua puluh negara telah menyerukan diakhirinya segera perang di Gaza, dengan mengatakan bahwa penderitaan di sana telah "mencapai titik terendah" dalam tanda terbaru dari bahasa sekutu yang semakin tajam seiring dengan semakin dalamnya isolasi internasional Israel.

Pernyataan pada Senin (21/7/2025) itu muncul setelah lebih dari 21 bulan pertempuran yang telah memicu kondisi kemanusiaan yang mengerikan bagi lebih dari dua juta penduduk Gaza.

Sekutu Israel, yaitu Inggris, Prancis, Australia, Kanada, dan 21 negara lainnya, ditambah Uni Eropa, mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa perang “harus diakhiri sekarang”.

"Penderitaan warga sipil di Gaza telah mencapai titik terendah," tambah para penandatangan, mendesak gencatan senjata yang dinegosiasikan, pembebasan tawanan yang ditahan oleh pejuang Palestina, dan aliran bebas bantuan yang sangat dibutuhkan.

Mereka mengutuk penurunan bantuan dan pembunuhan tidak manusiawi terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, yang berupaya memenuhi kebutuhan paling dasar mereka berupa air dan makanan.

PBB dan Kementerian Kesehatan Gaza telah mencatat 875 orang tewas di Gaza saat mencoba mendapatkan makanan sejak akhir Mei, ketika Israel mulai melonggarkan blokade total selama lebih dari dua bulan.

"Model penyaluran bantuan pemerintah Israel berbahaya, memicu ketidakstabilan, dan merampas martabat manusia warga Gaza," ujar negara-negara tersebut. 

"Penolakan pemerintah Israel atas bantuan kemanusiaan esensial bagi penduduk sipil tidak dapat diterima. Israel harus mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum humaniter internasional."

Sonia Gallego dari Al Jazeera, melaporkan dari London, mengatakan bahwa pernyataan tersebut merupakan eskalasi signifikan dari sekutu Israel atas perangnya di Gaza .

“Hal ini juga mencerminkan konsensus yang lebih luas di luar Eropa,” ujarnya.

"Negara-negara Eropa telah mengutuk situasi di Gaza, dan kini ada kementerian luar negeri – seperti Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Jepang – yang turut mencantumkan nama mereka dalam pernyataan ini," ujar koresponden kami.

Seruan untuk gencatan senjata segera

Pernyataan bersama baru tersebut menyerukan gencatan senjata segera, dan menyatakan negara-negara siap mengambil tindakan untuk mendukung jalur politik menuju perdamaian di kawasan tersebut.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved