Berita Nasional

Aceh Tawarkan Nilam Pengusaha India Di Forum MIICCIA

DPMPTSP) Aceh memperkenalkan nilam dan produk nilam kepada pengusaha dari India, dalam ajang MIICCIA

Editor: mufti
FOR SERAMBINEWS.COM
ILUSTRASI -- salah seorang penampung hasil bumi di Desa Drien Beurumbang, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Abdya berada di kebun Nilam miliknya di desa setempat. 

 "Aceh dikenal sebagai penghasil utama minyak nilam dunia. Produk-produk turunan itu mendapat perhatian dari pelaku industri kecantikan dan kesehatan India yang hadir dalam forum tersebut," Junaidi, Perwakilan DPMPTSP Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pemerintah Aceh melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh memperkenalkan nilam dan produk nilam kepada pengusaha dari India, dalam ajang Millennial India International Chamber of Commerce, Industry and Agriculture (MIICCIA) di Hotel Grand Mercure, Medan, Jumat (25/7/2025).

Dalam pertemuan tersebut delegasi Aceh diwakili oleh Penata Kelola Penanaman Modal Ahli Madya DPMPTSP Aceh, Junaidi. Pada forum yang mempertemukan pelaku usaha dari India dan sejumlah provinsi di Indonesia itu, Junaidi memaparkan potensi dan peluang investasi Aceh, terutama di empat sektor prioritas yakni agroindustri, pariwisata, energi dan infrastruktur, serta kawasan ekonomi khusus.

DPMPTSP Aceh memamerkan sejumlah produk unggulan turunan minyak nilam (patchouli oil) dari pelaku UMKM Aceh. Produk-produk seperti parfum alami, aromaterapi, sabun organik, dan minyak esensial menjadi bagian dari upaya memperkenalkan kekayaan hayati Aceh yang telah diolah secara berkelanjutan dan berkualitas ekspor.

"Aceh dikenal sebagai penghasil utama minyak nilam dunia, khususnya dari wilayah Aceh Selatan, Gayo Lues, dan Aceh Jaya. Produk-produk turunan itu mendapat perhatian dari pelaku industri kecantikan dan kesehatan India yang hadir dalam forum tersebut," katanya.

Kepada pengusaha India, pihak DPMPTSP menjelaskan, Aceh memiliki kedekatan geografis dengan India, terutama melalui Pelabuhan Sabang yang hanya berjarak 100 kilometer dari Indira Point, Kepulauan Andaman dan Nikobar.

"Aceh lebih dekat dari yang Anda kira. Ini bukan sekadar jarak geografis, tapi juga jembatan sejarah dan budaya," ujarnya.

Lebih jauh, Junaini juga menawarkan berbagai insentif fiskal, mulai dari tax holiday hingga tax allowance (pajak liburan dan pajak tunjangan) yang disesuaikan dengan nilai dan jenis investasi. Untuk proyek-proyek besar bernilai lebih dari Rp 30 triliun, investor dapat memperoleh pembebasan pajak penghasilan hingga 20 tahun.

"Kami tidak sekadar mencari investasi. Kami mencari mitra untuk membangun masa depan bersama," kata ungkapnya. (ra)

 

Peluang bangun Pabrik Minyak Makan

Dalam kesempatan tersebut, DPMPTSP Aceh juga memperkenalkan keberadaan PT Pembangunan Aceh (PEMA), BUMD yang sedang membuka peluang kerja sama dalam pendirian pabrik minyak goreng dari CPO di Nagan Raya. 

Junaidi juga menekankan kesiapan infrastruktur dan regulasi di kawasan-kawasan ekonomi seperti KEK Arun Lhokseumawe, yang fokus pada industri migas, petrokimia, dan logistik. 

"Kawasan ini memiliki fasilitas eks-LNG, jaringan listrik dan pelabuhan, serta terhubung dengan Jalan Tol Trans Sumatra. Tak ketinggalan, Sabang Free Trade Zone juga disebut sebagai kawasan bebas bea masuk dan PPN, dengan potensi besar di sektor perikanan dan logistik," jelasnya.(ra)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved