Berita Viral
Kisah Balas Dendam Manis Margaret, Diejek Guru:Miskin Jangan Kuliah, Dijemput Dosen UI Bawa Beasiswa
"Diomongin ulang-ulang 'Gak bisa bayar uang sekolah tapi mau kuliah di UI'," ucap Margaret, yang kala itu memang sempat menunggak uang sekolah.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Agus Ramadhan
SERAMBINEWS.COM - Kisah inspiratif datang dari Margaret, seorang gadis asal Kupang yang berhasil membungkam cibiran pedas gurunya.
Pernah diremehkan dengan ucapan "Miskin jangan kuliah," Margaret kini membuktikan tekadnya dengan menjadi calon mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) dan dijemput langsung oleh dosen legendaris UI serta dosen ITB ke rumah sederhananya.
Mereka bahkan datang membawakan beasiswa dan uang tunai, membuat air mata haru Margaret dan orangtuanya tumpah.
Rumah kayu yang hanya memiliki satu kamar dengan perabotan seadanya adalah saksi bisu perjuangan Margaret.
Kisah luar biasa ini terungkap setelah Dosen Universitas Indonesia (UI), Doktor Sudibyo mendatangi rumah Margaret.
Dosen dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI yang dikenal sebagai "legenda hidup" bagi mahasiswa UI tersebut datang ke rumah Margaret ditemani Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) sekaligus influencer, Imam Santoso.
Kedatangan mereka membawa beasiswa penuh, uang tunai, dan sebuah laptop sebagai bentuk dukungan untuk Margaret.
Dengan berderai air mata, Margaret menceritakan perlakuan tidak menyenangkan yang ia terima dari gurunya di sekolah.
Sebagai murid berprestasi, Margaret sempat diremehkan saat mengungkapkan cita-citanya berkuliah di UI.
Baca juga: Sakit Hati Diejek tak Punya Anak Hingga Istrinya Disuruh Selingkuh, Pria Ini Nekat Habisi Tetangga
"Diomongin ulang-ulang 'Gak bisa bayar uang sekolah tapi mau kuliah di UI'," ucap Margaret, yang kala itu memang sempat menunggak uang sekolah, seperti dilansir dari Tribun Jatim, Kamis (24/7/2025).
Ucapan menyakitkan dari sang guru sempat membuat Margaret sempat berkecil hati, bahkan berniat mengubur mimpinya kuliah di UI.
Namun, dua hari sebelum penutupan Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), tekad Margaret untuk menempuh pendidikan tinggi di UI kembali menguat.
"Jadi waktu itu hampir tidak daftar SNBP, H-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar," kenangnya.
Ia memutuskan untuk hanya memilih satu pilihan, UI saja.
Pilihannya itu ia rahasiakan dari teman dan gurunya, bahkan dari kedua orangtuanya sendiri.
"Tidak ada harapan untuk lolos, kalau teman tanya, saya jawab 'sudah daftar' saja', ditanya di mana saya diam saja," ujar Margaret.
"Kalau mama nanya saya juga diam saja. Enggak ada yang tahu saya daftar SNBP," sambungnya.
Baca juga: Pembunuh Bos Roti dan Anaknya di Maros Ditangkap, Pelaku Andi Mengaku Sakit Hati Sering Diejek
Di hari pengumuman, Margaret sangat terkejut saat mengetahui dirinya dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Kabar gembira ini membuat kakak kandungnya langsung bekerja ekstra keras hampir 24 jam sehari untuk mengumpulkan uang ongkos Margaret ke Jakarta.
Perjuangan Margaret tidak berhenti di situ.
Setelah dinyatakan diterima di UI, ia kembali harus menghadapi pernyataan merendahkan.
Penyataan itu kali ini datang dari tetangganya.
Tetangganya mengatakan bahwa Margaret tak usah bermimpi bisa kuliah di luar Pulau Rote, karena berasal dari keluarga miskin.
"Waktu lolos itu, setiap hari tetangga kalau ketemu saya diomongin terus 'Ada anak pejabat PNS yang kuliah ke luar tapi kuliahnya tidak berhasil, hanya pulang bawa utang, jadi kita yang miskin ini jangan coba kuliah di Jawa'," cerita Margaret menyampaikan cibiran dari tetangganya.
Baca juga: Kuli Bangunan Bunuh Wanita Pemandu Lagu di Madiun, Pelaku Emosi Wajah Istrinya Diejek Kalah Cantik
"Sempat dibilang juga 'Miskin banyak gaya kuliah di Jawa'," tambahnya dengan nada pilu.
Air mata Margaret dan kedua orangtuanya terus mengalir saat menceritakan ucapan pedas tersebut.
Namun kini, Margaret telah berhasil membungkam mulut para pencibirnya dengan prestasi gemilang.
Gadis dari keluarga sederhana ini mampu berkuliah di UI, membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang.
"Karena tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk seseorang atau pemimpi yang terlalu kecil," tulis Imam Santoso, dikutip dari TribunJakarta.com, Kamis (24/7/2025).
(Serambinews.com/Yeni Hardika)
BACA BERITA LAINNYA DI SINI
Viral! Kasus Zara Qairina Hoaks, Dokter Palsu di TikTok Sebar Hasil Autopsi Gegerkan Malaysia |
![]() |
---|
Pemancing Ini Tangkap Ikan Lele Monster Sepanjang 2,68 Meter di Danau: Pecahkan Rekor |
![]() |
---|
Viral! Menyamar Jadi Wanita, Pria di Sulsel Nyaris Nikahi Pria, Berahir Diamuk Massa |
![]() |
---|
Ibunda Ungkap Sisi Lain Bigmo: Anak Pendiam, Pintar, dan Selalu Ranking |
![]() |
---|
Kisah Hendy, Tiba di Mekkah Setelah Jalan Kaki 9 Bulan Lewati 7 Negara, Cuma Bawa Uang Rp50 Ribu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.