Liputan Eksklusif Aceh
Ketimpangan Ekonomi dan Sosial Picu Ninja Sawit, Apkasindo Tawarkan Solusi
“Kita harus jujur, hari ini kebun masyarakat yang berdampingan dengan HGU, kondisnya tidak lebih baik," ujarnya.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Saifullah
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh Tamiang memandang kemunculan ninja sawit merupakan ekses ketimpangan sosial dan ekonomi.
Perusahaan perkebunan kelapa sawit disarankan berkontribusi membantu pendidikan formal berkelanjutan agar anak yang hidup di seputaran Hak Guna Usaha (HGU) memiliki kompetensi.
“Kita harus jujur, hari ini kebun masyarakat yang berdampingan dengan HGU, kondisnya tidak lebih baik. Ini yang kami maksud ketimpangan ekonomi,” kata Plt Ketua Apkasindo Aceh Tamiang, Muhammad Irwan, Kamis (31/7/2025).
Irwan menjabarkan, dampak dari perbedaan kualitas kebun ini cukup luas.
Pertama, kata dia, masyarakat akan cemburu melihat volume tandan buah segar (TBS) kelapa sawit perusahaan lebih besar dibanding kebun masyarakat.
Baca juga: Tidak Ada Efek Jera, Ninja Sawit Masih Lincah Beraksi di Aceh Tamiang
Perbedaan volume ini otomatis mempengaruhi pendapatan masyarakat yang tidak sebanyak perusahaan.
“Karena perbedaan perawatan dan penanganan, maka TBS yang diproduksi perusahaan akan lebih banyak,” urai dia.
“Sudah pasti keuntungan perusahaan juga lebih banyak ketimbang masyarakat,” kata Wan Tanindo-sapaan Plt Ketua Apkasindo Aceh Tamiang ini.
Kedua, pria yang juga Anggota DPRK Aceh Tamiang ini menilai, kecenderungan perusahaan perkebunan kelapa sawit menggunakan tenaga kerja dari luar daerah, juga menjadi problem.
Terlebih di tengah kemerosotan ekonomi saat ini, masyarakat lokal sangat membutuhkan pekerjaan.
Namun, Wan Tanindo memaklumi kebijakan ini karena berkaitan dengan efisiensi manajemen perusahaan.
Baca juga: Cerita Mantan Ninja Sawit di Aceh Singkil, Bermodal Pemantik Api Siap Beraksi Dimalam Hari
Hukum bisnis sudah mengunci rumus perusahaan hanya menggunakan tenaga pekerja yang layak dan berkompeten.
“Tapi ini juga ada solusinya, misalnya perusahaan menggunakan dana CSR untuk memberi beasiswa kepada anak-anak di seputaran HGU, supaya anak-anak sekitar memiliki kecakapan ilmu yang sepadan. Ini lebih jangka panjang manfaatnya,” ungkapnya.
Sewajarnya, kata dia, anak-anak lulusan beasiswa perusahaan tersebut bisa menjadi bagian dari perusahaan karena sudah memiliki kompetensi.
Liputan Eksklusif Aceh
Ninja Sawit
fenomena ninja sawit
Apkasindo
Aceh Tamiang
Serambi Indonesia
Serambinews.com
Tanggapi TPPO di Aceh Selatan, MPU Sebut Indikasikan Lemahnya Iman, Ekonomi, dan Kontrol Sosial |
![]() |
---|
Terkait Kasus TPPO di Aceh Selatan, LPAI Aceh: Pageu Gampong Syariat Perlu Dihidupkan Kembali |
![]() |
---|
Terkait Penggunaan Bahasa Aceh Menurun Hingga Jarang Terdengar, Begini Tanggapan Disdikbud Langsa |
![]() |
---|
Terkait Penggunaan Bahasa Aceh di Langsa Menurun, Remaja Ini Akui di Lingkungan Berbahasa Indonesia |
![]() |
---|
Terkait Penggunaannya di Langsa Menurun, Diakui Belum Ada Guru Khusus Bahasa Aceh di Sekolah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.