PT Trans Continent
Ismail Rasyid Beli Ratusan Anak Sapi untuk Penggemukan di Gorontalo, Jika Sukses Diterapkan di Aceh
Jika program ini sukses, Ismail Rasyid berencana membawa model penggemukan tersebut ke Aceh, tepatnya di Gampong Beurandeh, Krueng Raya, Aceh Besar
Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Pengusaha asal Aceh yang dikenal memiliki jejaring bisnis internasional, Ismail Rasyid, sedang menggagas langkah besar dalam sektor peternakan.
Ia baru saja membeli ratusan anak sapi Bali dari Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, untuk penggemukan di Gorontalo, Sulawesi.
Anak-anak sapi tersebut akan dibesarkan di lahan peternakan milik PT Trans Continent, perusahaan multimoda transportasi yang dipimpin Ismail.
“Insya Allah kita akan beli 300–500 ekor untuk cattle farm di Gorontalo. Proses survei lokasi, pembelian, karantina, hingga pengapalan sudah saya jalankan,” ujarnya.
Jika program ini sukses, Ismail Rasyid berencana membawa model penggemukan tersebut ke Aceh, tepatnya di Gampong Beurandeh, Krueng Raya, Aceh Besar.
“Mohon doanya, agar program ini bisa kita terapkan di kampung halaman,” tulisnya melalui pesan WhatsApp kepada Serambinews.com, Sabtu (2/8/2025) malam.
Baca juga: PT Trans Continent Segera Buka Kantor Cabang Ke-23 di Sulawesi Tengah, Begini Kata Ismail Rasyid
Sekilas tentang Kabupaten Bima, NTB
Dalam pesannya kepada Serambinews.com, Ismail Rasyid juga menceritakan sekilas tentang Kabupaten Bima, tempat asal bibit sapi tersebut.
Menurutnya, Bima adalah sentra agribisnis yang makin menggeliat.
Kabupaten ini memproduksi komoditas pangan utama seperti jagung dan padi, menjadi pusat penghasil bibit sapi Bali untuk penggemukan dan breeding nasional, serta memelihara kuda baik untuk pacuan maupun kebutuhan ekspor ke Sulawesi.
Pelabuhan Laut Bima, kata Ismail, menjadi simpul aktivitas bisnis dan ekspor yang sibuk, jauh lebih hidup dibanding pelabuhan Malahayati, di Krueng Raya, Aceh Besar.
Fakta ini membuka refleksi bahwa daerah ujung Indonesia pun bisa menggerakkan ekonomi melalui manajemen pelabuhan dan industri agrikultur secara strategis.

Tantangan untuk Aceh
Ismail Rasyid juga memberikan pendapatnya tentang potensi seperti di Bima ini untuk diterapkan di Aceh.
Menurutnya, Aceh memiliki modal sosial dan geografis untuk mengembangkan industri serupa.
Hanya saja, kata dia, saat ini geliat ekspor dan aktivitas pelabuhan di Aceh, masih tertinggal dibandingkan Bima yang berstatus kabupaten.
“Ini menjadi tantangan sekaligus peluang: bagaimana kita membangun ekosistem peternakan dan agribisnis yang terhubung dengan pelabuhan, logistik, dan pasar luar daerah?” ujarnya.
Baca juga: Jadi Pemateri di Silakwil ICMI, Ismail Rasyid Kupas Peluang, Tantangan, dan Solusi Membangun Aceh
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.