Breaking News

Wisata Aceh Singkil

Rp 500 Ribu untuk Lihat Buaya Aceh Singkil, Petualang Eropa Memang Beda

Wisatawan Eropa yang menyukai wisata petualangan melihat buaya berasal dari Spanyol, Jerman, Prancis, Austria, Ceko dan beberapa lainnya.

|
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Safriadi Syahbuddin
DOK ANDANG
TUR MELIHAT BUAYA - Wisatawan asal Spanyol, naik perahu susuri sungai untuk menikmati alam serta melihat buaya di muara, sungai dan rawa Singkil, Kabupaten Aceh Singkil. 

Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Sebagian besar wisatawan mancanegara datang ke Aceh Singkil untuk menikmati keindahan alam yang menakjubkan. Tapi petualang Eropa justru memilih wisata ekstrem yaitu melihat buaya liar dari jarak yang sangat dekat. 

Meski taruhannya adalah nyawa, petualang dari Eropa malah menyukai perjalanan wisata yang menguji adrenaline ini.

Awalnya turis asing ingin menikmati keindahan hutan rawa Singkil, sebagai cadangan karbon dunia. 

Namun saat perjalanan menggunakan perahu, mereka mendapat suguhan atraksi wisata tak biasa. Buaya-buaya liar terlihat dari jarak yang begitu dekat.

Sehingga tur melihat buaya menjadi agenda utama wisatawan Eropa penyuka petualangan yang berkunjung ke Aceh Singkil.

"Untuk mereka (wisatawan Eropa) itu sangat menarik untuk tur buaya, karena di negara mereka susah jumpa animal (hewan) buaya," kata Andang pemandu lokal wisatawan Eropa, Senin (4/8/2025).

Baca juga: Fenomena Buaya Rawa Singkil, Antara Konflik Manusia dan Potensi Wisata Kegemaran Bangsa Eropa 

Bangsa Eropa, tahunya buaya merupakan predator sangat berbahaya, apalagi berada di alam liar. 

Tetapi di Aceh Singkil, bisa dilihat dari jarak dekat dengan mudah. Sebab cukup menelusuri sungai, muara dan hutan rawa bisa langsung bertemu buaya. 

Wisatawan juga merasa aman, lantaran melihat buaya liar cukup dengan duduk di atas perahu. 

"Mereka takjub, senang, sagat eksotis. Tapi ada juga sebagian tamu turis takut untuk melihat," ujar Andang. 

Menurut Andang, wisatawan Eropa juga acap bertanya kenapa penduduk lokal berani mengambil hasil alam di lokasi yang ada buayanya tanpa rasa takut. 

Terkait hal itu Andang meminta dinas terkait di daerah itu, memberikan edukasi tentang buaya. 

Mengingat buaya satu sisi merupakan binatang berbahaya. Namun di sisi lain bisa menjadi atraksi wisata yang disukai wisatawan asing. 

Untuk tur melihat buaya, pemandu lokal membawa wisatawan Eropa menelusuri sungai, muara dan rawa yang ada di Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, menggunakan perahu. 

Perjalanan dapat dimulai dari sungai dekat permukiman penduduk Desa Suka Makmur, Kecamatan Singkil. Setelahnya masuk ke berbagai sungai, muara dan rawa. 

Di sungai dekat permukiman penduduk Singkil, buaya bisa dilihat dari jarak dekat oleh wisatawan.

Rp 500 Ribu Sekali Tur

Sekali perjalan wisatawan asing dikenakan tarif Rp 500 ribu per orang. 

Dengan tarif tersebut, wisatawan juga bisa mendapat tambahan atraksi wisata melihat kearifan lokal penduduk setempat.

Antara lain melihat pengrajin kain kasab benang emas Kuala Baru serta wisata budaya lainnya. 

Wisatawan Eropa yang menyukai wisata petualangan melihat buaya berasal dari Spanyol, Jerman, Prancis, Austria, Ceko dan beberapa lainnya.

Hutan rawa, sungai dan muara yang berada di Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, merupakan rumah bagi buaya. 

Jumlah persisnya belum ada data, lantaran tidak pernah ada survei buaya di kawasan itu. 

Namun diyakini binatang bernama latin crocodylus itu, jumlahnya mencapai ribuan. 

Hal tersebut berkaca dari fakta di lapangan, ketika menelusuri rawa, sungai dan muara di wilayah Singkil, mudah saja menemukan buaya. 

Buaya bahkan berada sangat dekat dengan permukiman penduduk. 

Salah satunya di sungai belakang permukiman penduduk Desa Pasar. 

Warga yang pergi mancing atau melintas, acap melihat buaya sedang berjemur. 

Serambinews.com pernah menelusuri sungai-sungai kecil yang mengiris hamparan rawa di dekat muara Singkil, menggunakan perahu.

Sungai itu bagai labirin. Setelah masuk ke pedalaman rimbun nipah dan tanaman khas rawa begitu banyak anak cabang sungai. 

Hanya penduduk lokal berpengalaman yang mengetahui kemana mengarahkan haluan perahu. Jika tidak perahu bisa terjebak dalam genangan air sepanjang mata memandang. 

Pencarian buaya dengan menulusuri hamparan rawa yang dihubungkan alur sungai di sekitar muara Singkil, sangat mudah. 

Buaya berukuran mini hingga dewasa langsung terlihat, jaraknya kurang dari tiga meter dari perahu yang ditumpangi.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved