Berita International
Ada-ada Saja! Lansia Masuk RS Gegara Ikuti Saran ChatGPT, Garam Diganti dengan Natrium Bromida
Seorang pria berusia 60 tahun atau lanjut usia (lansia) yang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit setelah mengikuti saran AI.
Menurut laporan yang dikutip dari The Independent, “Dia terlihat sangat haus, tetapi paranoid terhadap air yang ditawarkan,” tulis tim medis.
Setelah kondisinya membaik, pria tersebut mengaku bahwa ia membeli natrium bromida secara daring dan menggunakannya sebagai pengganti garam dapur.
Ia mengklaim bahwa informasi tersebut ia peroleh dari ChatGPT, yang menyebut bahwa bromida dapat digunakan sebagai alternatif klorida.
Berbekal latar belakang pendidikan di bidang gizi saat kuliah, ia memutuskan untuk melakukan eksperimen pribadi dengan menghilangkan klorida dari pola makannya.
Baca juga: Viral! Percaya ChatGPT Bisa Meramal Tasseografi? Wanita Yunani Ini Gugat Cerai Suaminya
Namun, laporan menyebut bahwa informasi yang ia dapat kemungkinan berasal dari konteks non-konsumsi.
Seperti penggunaan bromida untuk keperluan pembersihan atau industri, bukan untuk dikonsumsi manusia.
Pasien menerima terapi cairan dan elektrolit untuk menstabilkan kondisinya, sebelum akhirnya dipindahkan ke unit psikiatri rawat inap.
Selain gejala kejiwaan, ia juga mengalami jerawat di wajah dan munculnya cherry angiomas--bintik merah kecil pada kulit--yang memperkuat diagnosis bromisme.
Setelah menjalani perawatan selama tiga minggu, pasien akhirnya diperbolehkan pulang dengan kondisi yang sudah membaik.
Laporan tersebut memberikan peringatan keras terhadap penggunaan AI sebagai sumber informasi medis.
Penulis menekankan bahwa chatbot seperti ChatGPT dapat menghasilkan informasi yang tidak akurat secara ilmiah, tidak mampu melakukan verifikasi data, dan berpotensi menyebarkan misinformasi.
Baca juga: Mengenal DeepSeek, Teknologi AI asal Tiongkok yang Mampu Kalahkan ChatGPT di App Store
OpenAI, pengembang ChatGPT dalam syarat penggunaan telah menegaskan bahwa output dari chatbot “tidak selalu akurat”, sehingga tidak boleh dijadikan sebagai pengganti nasihat profesional.
“Layanan kami tidak dimaksudkan untuk diagnosis atau pengobatan kondisi kesehatan apa pun,” demikian tertulis dalam dokumen resmi perusahaan.
Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa meskipun teknologi AI dapat membantu dalam banyak aspek kehidupan, penggunaannya untuk keputusan medis harus selalu disertai dengan konsultasi tenaga kesehatan yang kompeten.
Eksperimen pribadi tanpa dasar ilmiah yang kuat dan tanpa pengawasan medis dapat berujung pada konsekuensi serius, bahkan mengancam keselamatan jiwa.(*)
ChatGPT
Artificial Intelligence (AI)
lansia masuk RS gegara AI
lansia masuk RS karena ikut saran AI
Banda Aceh
Serambi Indonesia
Serambinews.com
Mahkamah Agung AS Buka Jalan Trump? Aturan Baru Bisa Ubah Nasib Bayi Lahir di AS |
![]() |
---|
Wali Nanggroe Paparkan Potensi ‘Halal Tourism’ Aceh Diajang internasional Kazan Forum 2025 |
![]() |
---|
Kena Azab! Israel Makin Dikucilkan Dunia, Mahkamah Internasional Vonis Sebagai 'Penjajah' |
![]() |
---|
Dikenal Kejam dan Otoriter, Saddam Hussein Ternyata Suka Sastra dan Pernah Menulis Novel Romantis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.