Densus 88 Tangkap ASN Aceh

ASN di Aceh yang Ditangkap Densus 88 Jabatanya Komandan Perang dan Bendahara Jaringan MYT

Menurut Ken, KWPB ini memiliki peran sebagai komandan yang mengorganisir kelompok-kelompok yang bertindak sebagai eksekutor.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
DOK HUMAS POLDA ACEH
Tim Densus 88 saat melakukan penggeledahan salah satu lokasi yang diduga tempat aktivitas terduga pelaku di Banda Aceh, Selasa (5/8/2025). 

Bisanya, kata Ken, penindakan yang dilakukan oleh Densus 88 memang sudah pada tahap orang yang besarnya atau petingginya.

“Kalau dalam istilah Densus 88 itu preventive strike, yang sudah mau beraksi. Kalau belum mungkin masih dalam monitoring. Tapi menurut saya kalau nggak diambil (tindakan) bisa jadi berbahaya. Itu juga jadi persoalan,” jelasnya.

Ken meminta masyarakat harus mendukung usaha-usaha dari aparat keamanan, dalam hal ini Densus 88 yang menindak terduga teroris.

“Saya rasa aparat sangat selektif ya. Karena kelompok-kelompok ini sudah teridentifikasi. Dan jarang sekali yang ditangkap sama Densus 88 itu meleset,” jelasnya.

Ken menyampaikan, orang yang sudah terpapar paham radikalisme dan terorisme ini sangat berbahaya. Dalam istilah disebut orang tanpa gejala (OTG).

“Ini justru menurut saya bahaya. Karena dia menyampaikan pahamnya (radikalisme) di sekitar kita,"

"Mereka masuk sebagai organisasi masyarakat, mereka masuk sebagai kegiatan-kegiatan yang seolah-olah membantu seperti pelatihan, entrepreneur,”

“Tapi ujung-ujung nanti menjelek-jelekan negara, menjelek-jelekin aparat. Karena negara ini tidak diproses secara hukum Tuhan, hukum Allah, maka harus digulingkan,” jelasnya.

Ken mengatakan, kelompok radikal di Indonesia ibu kandungnya adalah Negara Islam Indonesia (NII).

“Mereka secara masif terus menyebarkan paham radikalnya ke masyarakat hingga saat ini,” sebutnya. 

‎Mereka namanya memang berbeda, tapi tujuannya hampir sama yaitu anti Pancasila dan ingin mendirikan negara berdasar agama. 

‎NII masuk ke masyarakat dengan metamorfosa lewat berbagai macam nama ormas sebagai propaganda agar masyarakat tidak curiga.

Mereka juga masuk ke lembaga pendidikan sekolah dan kampus, bahkan mereka masuk sampai ke pendidikan usia dini ( PAUD ) dengan menanamkan intoleransi dengan menyisipkan pemikiran intoleransi sejak dini. 

‎Rata-rata kelompok radikal itu berkedok agamis dan menganut paham anti Pemerintah, anti Pancasila anti budaya kearifan lokal dan menganggap sebagai syirik, taghut/ berhala.

Walaupun ada yang pura pura nasionalisme dengan berkamuflase menyembunyikan jati diri seolah Pancasilais sehingga banyak masyarakat terjebak oleh mereka. 

NII Crisis Center/Pusat Rehabilitasi Korban NII

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved