Berita Banda Aceh

Dua Dekade MoU Helsinki, Jubir KPA: Eks GAM Komit Rawat Perdamaian Aceh

“Damai Aceh sudah berjalan 20 tahun, ini bukan waktu yang sebentar. Kita harus syukuri, tapi juga kita rawat. Jangan sampai kita lengah,

|
Penulis: Rianza Alfandi | Editor: Nurul Hayati
For serambinews.com
KOMIT JAGA PERDAMAIAN - Jubir KPA Pusat, Bang Jack Libya, menegaskan bahwa eks kombatan GAM tetap komitmen menjaga perdamaian Aceh, Senin (11/8/2025). 

“Damai Aceh sudah berjalan 20 tahun, ini bukan waktu yang sebentar. Kita harus syukuri, tapi juga kita rawat. Jangan sampai kita lengah, karena menjaga damai itu butuh komitmen bersama,” ujar Bang Jack, dalam keterangannya, Senin (11/8/2025). 

Laporan Rianza Alfandi | Banda Aceh 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Juru Bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat, Tgk Zakaria M Yacob alias Bang Jack Libya, menegaskan bahwa eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang tersebar di seluruh Aceh masih komitmen menjaga perdamaian dan keamanan Tanah Rencong. 

Menurut Bang Jack, dua dekade Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki harus menjadi pondasi kokoh untuk membangun masa depan Aceh yang damai, bermartabat, dan berkeadilan. 

“Damai Aceh sudah berjalan 20 tahun, ini bukan waktu yang sebentar. Kita harus syukuri, tapi juga kita rawat. Jangan sampai kita lengah, karena menjaga damai itu butuh komitmen bersama,” ujar Bang Jack, dalam keterangannya, Senin (11/8/2025). 

Ia juga mengingatkan bahwa Pemerintah Republik Indonesia memiliki kewajiban moral dan politik untuk menghormati sepenuhnya perjanjian damai dengan mematuhi seluruh isi MoU Helsinki dan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA).

“UUPA adalah produk Pemerintah Republik Indonesia sendiri. Ini penting untuk menjaga keabadian perdamaian serta nama baik Republik Indonesia di mata dunia internasional,” tegasnya.

Bang Jack menilai, konflik masa lalu telah memberikan luka sekaligus pelajaran berharga bagi semua pihak. 

“Kita dulu berjuang dengan senjata, sekarang senjata kita adalah pikiran, kebersamaan, dan keikhlasan untuk rakyat. Itu jauh lebih berat, tapi hasilnya akan jauh lebih bermakna,” ujarnya.

Baca juga: Profil Bang Jack Libya, Mantan Ajudan Hasan Tiro yang Kini Jadi Jubir KPA

Untuk itu, ia menekankan bahwa keberlanjutan perdamaian membutuhkan keterlibatan aktif seluruh elemen, mulai dari pemerintah, organisasi masyarakat, hingga generasi muda. 

“Jangan biarkan damai ini hanya jadi cerita masa lalu. Harus kita hidupkan dalam perilaku sehari-hari, di kampung, di kota, di pemerintahan, dan di tengah masyarakat,” pesannya.

Bagi Bang Jack, dua dekade damai bukan sekadar angka, melainkan bukti bahwa Aceh mampu bertahan melewati ujian sejarah. 

“Kita sudah pernah melewati masa paling sulit. Jangan biarkan generasi berikut kembali ke titik itu. Damai ini amanah, dan amanah itu harus kita jaga,” pungkasnya.

Bang Jack menambahkan, proses perdamaian Aceh sendiri berawal dari perundingan antara Pemerintah Republik Indonesia dan GAM di Helsinki, Finlandia.

Proses tersebut dimediasi oleh mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari. 

Perundingan tersebut menghasilkan MoU yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005, sekaligus mengakhiri lebih dari tiga dekade konflik bersenjata yang menelan ribuan korban jiwa dan merusak perekonomian Aceh.(*)

Baca juga: Analisis Sentimen Dua Dasawarsa Perdamaian Aceh dengan Pendekatan Text Mining

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved