Liputan Eksklusif Aceh

Terkait Penggunaan Bahasa Aceh di Langsa Menurun, Remaja Ini Akui di Lingkungan Berbahasa Indonesia 

Hal ini disebabkan karena lingkungan tempat tinggalnya tidak hanya suku Aceh saja, tapi banyak suku lainnya, jadi interkasi di sekitar umumnya Bahasa

Penulis: Zubir | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
TAK LANCAR BERBAHASA ACEH - Salah satu remaja di Kota Langsa yang kedua orang tuanya Aceh, M Alfath Maula Zikra, mengaku, memahami arti dari ucapan Bahasa Aceh. Namun berinteraksi atau mengucapkannya tidak begitu lancar. Hal ini disebabkan karena lingkungan tempat tinggalnya tidak hanya suku Aceh saja, tapi banyak suku lainnya, jadi interkasi di sekitar umumnya Bahasa Indonesia. 

Hal ini disebabkan karena lingkungan tempat tinggalnya tidak hanya suku Aceh saja, tapi banyak suku lainnya, jadi interkasi di sekitar umumnya Bahasa Indonesia.

SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Salah satu remaja di Kota Langsa yang kedua orang tuanya Aceh, M Alfath Maula Zikra, mengaku, memahami arti dari ucapan Bahasa Aceh.

Namun berinteraksi atau mengucapkannya tidak begitu lancar. 

Hal ini disebabkan karena lingkungan tempat tinggalnya tidak hanya suku Aceh saja, tapi banyak suku lainnya, jadi interkasi di sekitar umumnya Bahasa Indonesia.

"Kalau di rumah, waktu berbicara dengan orang tua kami sekali-kali bahasa Aceh juga, tapi lebih kepada bahasa Indonesia, dan terkadang berbicara Bahasa Aceh saat dengan keluarga kami lainnya," ucapnya.

Jika dikatakan penting, remaja ini mengakui Bahasa Aceh memang sangat penting dan bahkan wajib bagi kita yang memang bersuku Aceh, serta untuk tetap menjaga indetitas ke-Acehan kita. 

Alfath yang lulus SMA tahun 2023 ini mengatakan saat ia berada di bangkus SMP dan SMA, pelajaran bahasa Aceh memang tidak ada. 

Baca juga: Terkait Penggunaannya di Langsa Menurun, Diakui Belum Ada Guru Khusus Bahasa Aceh di Sekolah

Namun, pelajaran Bahasa Aceh itu sempat ada saat ia masih belajardi bangku Sekolah Dasar dahulu. 

"Kalau nyaman berinteraksi, ya selama ini menggunakan bahasa Indonesia, karena memang di lingkungan kami di sini pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia," akunya.

Penggunaan Bahasa Aceh di Kota Langsa Menurun Hingga Jarang Terdengar

Sebelumnya Serambinews.com memberitakan Bahasa Aceh merupakan identitas budaya dan alat komunikasi utama bagi sebagian besar masyarakat Aceh

Namun, berdasarkan hasil penelitian di Kota Langsa yang memiliki masyarakat multikultural dan cenderung lebih urban, penggunaan Bahasa Aceh sebagai bahasa ibu mengalami penurunan signifikan. 

Hal ini dipengaruhi oleh modernisasi, globalisasi, serta pergeseran preferensi bahasa ke Bahasa Indonesia bahkan bahasa asing di kalangan generasi muda.

Baca juga: Mahasiswa USK Gelar Lomba Mewarnai Hingga Terjemahkan Cerpen ke Bahasa Aceh 

Fenomena ini tidak hanya berdampak pada kehilangan identitas kultural, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait pelestarian warisan budaya lokal. 

Berdasarkan data Statistik pada tahun 2024 jumlah penduduk Kota Langsa 182 ribu jiwa lebih dengan berbagai suku yang ada yaitu suku Aceh, Jawa, Batak, Tamiang atau Melayu, Padang, dan suku-suku lainnya.

Selama ini penggunaan bahasa Aceh memang mulai jarang terdengar di tempat umum, salah satunya disebabkan di Kota Langsa masyarakatnya berasal dari berbagai latar suku.

 Bahasa Aceh Mulai Jarang Terdengar

Warga Kota Langsa, Khairun Nufus, SP, kepada Serambinews.com, mengaku, dirinya masih menggunakan bahasa Aceh.

Tetapi umumnya saat berada di rumah saat berinteraksi dengan orang tua dan saudara.

Baca juga: Dapat Skor 3 dari UNESCO dan Terancam Punah, Masyarakat Diajak Lestarikan Bahasa Aceh Sejak Dini

Namun, saat berada di tempat umum seperti cafe/warkop, pasar, dan lainnya mungkin lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia, karena lawan bicara juga tidak berbahasa Aceh

Ia mencotohkan, saat masih beranjak SD hingga SMA dengan kondisi saat ini memang jauh berubah, dulu mungkin sesama anak Aceh masih berinteraksi dengan Bahasa Aceh.

Tetapi saat ini, penggunaan bahasa Aceh walaupun sesama anak dari suku Aceh sudah jarang terdengar.

Mungkin itu didasarkan kebiasaan di lingkungan sekitar dan di rumah yang tidak lagi menggunakan bahaa Aceh.

Penyebab utama hilangnya penggunaan Bahasa Aceh ini, selain dari rumah antara orang tua dan anak tidak menggunakan bahasa Aceh, teknologi seperti gedge termasuk televisi yang menggunakan bahasa Indonesia, sehingga anak-anak sekarang terbiasa berbahasa Indonesia. 

Kemudian menggunakan Bahasa Aceh pada sebagian anak Aceh sendiri juga menganggapnya kolot atau gengsi, sehingga Bahasa Aceh bagi mereka menjadi tabu dan semakin memudar. 

Baca juga: Budaya dan Bahasa Aceh Urgensi dan Upaya Pelestariannya

Kondisi yang terus terjadi ini, Nufus khawatirkan akan berdampak hilangnya indetitas ke-Acehan pada anak Aceh sendiri yang ada di wilayah ini.

Perlu adanya duduk bersama Pemerintah terkait atau lembaga-lembaga terkait lainnyaseperti MAA untuk membahas kondisi ini sebagai  upaya pelestarian bahasa daerah tersebut.

Bahkan di tingkat Provinsi Aceh, Lembaga Wali Nanggroe harus  melihat dan berperan untuk mencari solusi, dalam rangka menjaga bahasa daerah di Aceh ini. (*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved