Berita Aceh
Mualem Tegaskan Komitmen Jalankan Keberlanjutan Perdamaian Aceh, Siap Kawal Hasil Rekomendasi
"Kami ingin memastikan bahwa hasil konferensi bukan hanya menjadi catatan, melainkan diterapkan nyata bagi masa depan Aceh,"
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Nur Nihayati
Mualem Tegaskan Komitmen Jalankan Keberlanjutan Perdamaian Aceh, Siap Kawal Hasil Rekomendasi
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Aceh menegaskan komitmennya untuk terus mengawal keberlanjutan perdamaian yang telah terjalin selama dua dekade sejak penandatanganan MoU Helsinki 2005.
Hal ini disampaikan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem melalui Kepala Badan Reintegrasi Aceh (BRA), Jamaluddin SH MKn, dalam Konferensi Internasional 20 Tahun Perdamaian Aceh yang digelar Diaspora Global Aceh (DGA) di Aula Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Rabu (20/8/2025).
“Pemerintah Aceh berkomitmen mengawal rekomendasi yang dihasilkan konferensi ini. Kami ingin memastikan bahwa hasil konferensi bukan hanya menjadi catatan, melainkan diterapkan nyata bagi masa depan Aceh,” ujar Jamaluddin mewakili Gubernur Aceh.
Ia menekankan bahwa rekomendasi penting yang lahir dari konferensi perlu segera dituangkan dalam regulasi agar implementasinya lebih jelas dan mudah dijalankan.
Baca juga: Rektor USK Sebut Peningkatan Pendidikan Kunci Merawat Perdamaian Aceh
Jamaluddin, menegaskan bahwa rekomendasi yang lahir dari Konferensi Internasional 20 Tahun Perdamaian Aceh sangat penting untuk segera dituangkan dalam regulasi.
Hal ini, katanya, akan mempermudah pelaksanaan serta memastikan keberlanjutan perdamaian di Aceh.
"Kita sama-sama mengawal rekomendasi ini untuk menjadi sebuah regulasi pemerintah," kata mantan kombatan ini.
Jamaluddin mengingatkan salah satu poin penting dalam MoU Helsinki, yakni Pasal 3.2.5.
Pasal tersebut mengamanatkan agar Pemerintah Indonesia mengalokasikan tanah pertanian dan dana memadai kepada Pemerintah Aceh guna memperlancar reintegrasi mantan pasukan GAM, memberikan kompensasi bagi tahanan politik, serta membantu masyarakat sipil yang terdampak konflik.
"Ini perlu segera terealisasi guna menjamin pelaksanaan penyelesai konflik secara damai, menyeluruh, berkelanjutan, dan bermartabat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia," pinta alumnus S2 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Karena itu, Pemerintah Aceh akan memanfaatkan tanah dan dana yang memadai untuk digunakan sebagai berikut:
1. Semua mantan pasukan GAM akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila mereka tidak mampu bekerja.
2. Semua tahanan politik yang memperoleh amnesti akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila tidak mampu bekerja.
3. Semua rakyat sipil yang dapat menunjukkan kerugian yang jelas akibat konflik akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila tidak mampu bekerja.
“Semua mantan pasukan GAM akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas. Ini juga harus jelas arealnya di mana dan bukan semak belukar,” ujarnya.
Ia menekankan, alokasi tanah pertanian yang dijanjikan kepada mantan pasukan GAM harus benar-benar jelas dan layak, bukan lahan semak belukar.
Konferensi internasional ini dihadiri ratusan peserta secara luring dan daring.
Sejumlah tokoh nasional dan internasional juga memberikan sambutan, termasuk mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang hadir secara virtual.
Dalam sambutannya, Anwar menegaskan bahwa Malaysia dan Aceh memiliki hubungan sejarah panjang, dan pihaknya siap terus mendukung perdamaian serta pembangunan di Aceh.
Konferensi ini menghasilkan 10 rekomendasi utama, di antaranya: pentingnya persatuan pemimpin Aceh, pembentukan dana abadi pembangunan berkelanjutan, jaminan pendidikan hingga perguruan tinggi, perhatian bagi keluarga veteran dan korban konflik, serta strategi menghadapi tantangan generasi digital.
Peserta juga mendorong pelestarian nilai kepahlawanan serta transformasi energi emosional masyarakat Aceh menjadi kekuatan positif untuk solidaritas dan kemajuan.
Acara yang turut dibuka oleh Dirjen Bina Adwil Kemendagri Safrizal ZA serta sambutan dari Ketua Umum DGA Mustafa Abubakar.
Mustafa menegaskan bahwa dua dekade perdamaian bukanlah akhir perjalanan.
Sebaliknya, perdamaian Aceh menjadi fondasi untuk membangun masa depan yang lebih damai, sejahtera, dan bermartabat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca dan Ikuti Berita Serambinews.com di GOOGLE NEWS
Bergabunglah Bersama Kami di Saluran WhatsApp SERAMBINEWS.COM
Mualem
Muzakir Manaf
Gubernur Aceh
BRA
Badan Reintegrasi Aceh
Ketua BRA Jamaluddin
Jamaluddin
perdamaian aceh
20 Tahun Perdamaian Aceh
Menko Yusril Resmikan Living Park Rumoh Geudong Pidie Aceh, Tempat Tragedi Pelanggaran HAM Berat |
![]() |
---|
Beasiswa YPMAN Buka Peluang Pendidikan Emas bagi Anak Nelayan Aceh |
![]() |
---|
Tak Lolos Liga 1, Akhyar Ilyas Harap Manajemen Pertahankan Kerangka Tim Persiraja Musim Ini |
![]() |
---|
Polda Aceh Keluarkan DPO Iwan Sidarmiko, Ini Ciri-ciri Fisik dan Kasusnya: Bakal Diberikan Hadiah |
![]() |
---|
Viral di TikTok, Muhajir Asal Aceh Rela Mengemis untuk Persiapan Nikah, Begini Respons Warganet |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.