Peneliti Gempa Ingatkan, Jakarta Bisa Bernasib Seperti Aceh

Gempa besar mengintai Jakarta. Kekuatannya bisa setara gempa yang terjadi di Aceh pada 2004 silam. Jakarta juga bisa disapu oleh gelombang tsunami.

Editor: Yocerizal
SERAMBINEWS/M ANSHAR
MENANGIS - Warga Aceh menangis di atas pusara para korban di Kuburan Massal, Ulee Lheue, Kota Banda Aceh, pada peringatan gempa dan tsunami Aceh ketiga, Rabu, 26 Desember 2007. 

SERAMBINEWS.COM - Gempa bumi dengan magnitudo 4,9 yang mengguncang wilayah Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (20/8/2025) malam terasa hingga ke Jakarta. Warga pun sempat dibuat panik.

Informasi resmi BMKG, pusat gempa berada di koordinat 6.52 LS dan 107.25 BT, tepatnya di darat sekitar 19 km tengara Kabupaten Bekasi dengan kedalaman 10 kilometer.

Hingga Kamis (21/8/2025) pagi, BMKG mencatat adanya 13 gempa susulan. Gempa susulan dengan magnitudo terbesar M 3,9 dan magnitudo terkecil M 1,7. Adapun kejadian gempa tersebut dirasakan sekali

"Jumlah event susulan 13. Magnitudo terbesar M 3,9 dan magnitudo terkecil M 1,7," kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono.

Penyebab Gempa

Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid menjelaskan, analisis sumber gempa menunjukkan adanya pergerakan sesar naik pada zona Sesar Baribis.

“Analisis parameter sumber gempa bumi menunjukkan bahwa gempa ini diakibatkan oleh sesar naik pada zona Sesar Baribis,” ujar Wafid di Bandung, Rabu, dikutip dari Antara.

Untuk diketahui, struktur Sesar Baribis ini diperkirakan membentang sepanjang 100 kilometer, terbagi ke dalam beberapa segmen.

Segmen Jakarta melintas di sisi selatan Ibu Kota, sementara di bagian timur terdapat segmen Bekasi–Purwakarta.

Baca juga: Penyebab Wamenaker Immanuel Ebenezer Ditangkap KPK, Diduga Terkait Kasus Pemerasan Sertifikasi K3

Baca juga: Alhamdulillah, Insentif Rp 2,1 Juta untuk Guru Cair, Ini Alur dan Dokumen yang Diperlukan

Menurut penelitian, Sesar Baribis ini merupakan pemicu utama kejadian gempa-gempa besar yang pernah terjadi di Jakarta.

Dua peristiwa besar tercatat dalam sejarah Batavia, yaitu gempa pada 22 Januari 1780 dan 10 Oktober 1834.

Catatan Arsip Gempa 1780 dan 1834

Arsip kolonial Belanda menggambarkan betapa kerasnya guncangan gempa yang terjadi di Jakarta (dulu Batavia) pada tahun 1780 dan 1834.

Catatan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) dan Dagregister VOC menggambarkan situasi Batavia saat gempa tahun 1780 terjadi.

“Pada jam delapan pagi, bumi bergetar keras di Batavia. Dinding-dinding rumah retak, atap runtuh, dan orang-orang berlarian ke jalan dengan panik,"

"Banyak bangunan roboh, sementara mereka yang selamat berdiri ketakutan di udara terbuka,” tulis catatan tersebut.

Terjemahan catatan tersebut menggambarkan suasana yang cukup kacau di Batavia. Warga berhamburan ke jalan, rumah-rumah retak dan roboh, dan kepanikan melanda pusat kota.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved