Catatan Indonesia
Drama Politik Gus Dur: dari DPR Disebut Taman Kanak-Kanak hingga Dekrit Presiden 23 Juli 2001
Sejak saat itu, istilah “DPR kayak taman kanak-kanak” menjadi salah satu kutipan legendaris Gus Dur yang masih diingat hingga kini.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Nurul Hayati
Drama Politik Gus Dur: Dari DPR Disebut Taman Kanak-Kanak hingga Dekrit Presiden 23 Juli 2001
SERAMBINEWS.COM – KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI ke-4 sejak 20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001.
Pemerintahannya sering diwarnai konflik politik dengan DPR/MPR.
Banyak kebijakannya dianggap kontroversial, mulai dari pencabutan larangan terhadap Tionghoa hingga kebijakan desentralisasi.
DPR ketika itu menganggap Gus Dur terlalu sering mengambil keputusan sepihak.
Sementara Gus Dur menilai DPR kerap menghambat jalannya pemerintahan.
Di setiap pertemuan, presiden keempat Republik Indonesia tersebut acap melemparkan guyonan atau lawakan.
Namun para anggota dewan terhormat tak terima ketika Gus Dur berseloroh di ujung penjelasan tentang pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial, pada Sidang Paripurna DPR, 18 November 1999.
Baca juga: Jubir Pemerintah Aceh Diusir Gegara Sebut DPRA ‘Kekanak-kanakan’, Inilah Humor Gus Dur tentang DPR
Gus Dus mengatakan bahwa DPR tak ubah seperti Taman Kanak-Kanak (TK).
“Keterangan saya tidak begitu dipahami, karena memang enggak jelas bedanya antara DPR dan Taman Kanak-Kanak,” ujar Gus Dur, dan langsung panen protes dan interupsi.
Selorohan Gus Dur, DPR dan TK memang menuai polemik.
Sebagian anggota DPR bersikeras sang presiden menarik ucapannya, namun sebagian lagi menganggap humor semata.
Ucapan itu bukan sekadar sindiran, melainkan kritik tajam terhadap cara DPR menjalankan tugasnya yang lebih sering berdebat kusir, sibuk dengan kepentingan politik, dan kurang fokus pada kepentingan rakyat.
Gus Dur menggunakan gaya bahasa humor dan satir, sesuatu yang khas dari beliau.
Sehari berselang, Gus Dur pun menjelaskan kata-kata kemarin tak bermaksud merendahkan DPR, sekadar becanda dan itu telah menjadi tradisi kiai-kiai pondok pesantren.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.