Berita Aceh Barat
Erosi Sungai Kerap Paksa Warga Pindah, Pemerintah Diminta Antisipasi Ancaman Krueng Meureubo
“Kami tidak ingin masyarakat terus jadi korban. Kalau erosi ini tidak diantisipasi, akan lebih banyak rumah yang hilang,”
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Sa’dul Bahri | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Derasnya arus Sungai Krueng Meureubo di Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, menyisakan sejarah terdapat puluhan warga yang rumahnya pernah menjadi korban ganasnya erosi Krueng Meureubo di Kecamatan Pante Ceureumen.
Peristiwa tersebut menyebabkan puluhan rumah sudah rusak, dibongkar paksa, bahkan hilang digerus aliran sungai yang terus mengikis bantaran tanpa ampun, peristiwa ini terjadi waktu yang berbeda-beda beberapa tahun yang lalu.
Di Gampong Lhok Guci dan Alue Keumang, jejak-jejak pemukiman lama kini sebagian besar tinggal kenangan. Rumah-rumah yang dulunya berdiri kokoh tak jauh dari sungai, satu per satu runtuh atau dibongkar paksa oleh pemiliknya yang tak lagi punya pilihan selain pindah.
“Kami tidak ingin masyarakat terus jadi korban. Kalau erosi ini tidak diantisipasi, akan lebih banyak rumah yang hilang,” ujar Camat Pante Ceureumen, Zulkarnaini, kepada Serambinews.com pada Minggu (24/8/2025).
Baca juga: Erosi Krueng Meureubo Ancam Badan Jalan dan Rumah Warga di Rantau Panyang Aceh Barat
Ia menuturkan, kejadian ini bukan baru berlangsung sepekan atau dua pekan. Tetapi kejadian rumah warga yang hancur dan terpaksa dibongkar sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu akibat erosi.
Situasi paling parah terjadi ketika aliran sungai meluber saat musim hujan, mempercepat proses erosi.
Menyadari kondisi itu, pemerintah kabupaten telah melakukan sejumlah langkah penanganan.
Di beberapa titik rawan seperti Lhok Guci dan Alue Keumang, telah dibangun tanggul pengaman tebing untuk menahan laju erosi. Hasilnya, kondisi mulai stabil dan erosi bisa ditekan.
Namun Zulkarnaini menegaskan, upaya tersebut belum cukup. Akan tetapi pihaknya berharap adanya antisipasi desa-desa yang berpotensi mengancam pemukiman warga dapat dilakukan pencegahan.
“Kita butuh langkah pencegahan yang lebih luas dan terencana. Jangan sampai rumah warga yang lain ikut terkikis. Terutama masyarakat kurang mampu, yang tidak punya kemampuan untuk relokasi sendiri,” ujarnya.
Baca juga: Cerita Nelayan Aceh Disiksa Sesama Aceh di Pulau Aru Maluku, tak Tahan Lagi Akhirnya Pilih Lari
Erosi sungai tidak hanya mengubah bentang alam, tapi juga kehidupan sosial. Banyak warga harus meninggalkan kampung halaman, memulai dari nol di tempat baru tanpa jaminan kejelasan.
Tidak sedikit pula yang masih bertahan di rumah-rumah yang nyaris tergantung di bibir sungai karena belum memiliki tempat pindah.
Berisiko tinggi
Zulkarnaini berharap instansi terkait seperti Dinas PUPR, BPBD, dan pemerintah provinsi bisa turun langsung memantau dan melakukan pemetaan wilayah-wilayah berisiko tinggi.
Ia juga meminta agar pengawasan dilakukan secara rutin, bukan hanya setelah rumah warga ambruk.
“Jika kita bisa mendeteksi lebih awal dan bertindak cepat, kita bisa menyelamatkan banyak rumah dan kehidupan masyarakat. Jangan tunggu sampai sungai masuk ke dalam rumah baru bertindak,” pungkasnya.(sb)
Baca juga: Badan Jalan di Jambak Pante Ceureumen Tergerus Erosi, Bupati Aceh Barat Perintahkan Segera Ditangani
Lima Siswa Madrasah Aceh Barat Raih Prestasi di Olimpiade Sains Madrasah Aceh 2025 |
![]() |
---|
Langit Meulaboh 16 September: Sejuk Berawan, Waspada Hujan Sore |
![]() |
---|
MIRIS, 1.106 Anak Aceh Barat Putus Sekolah, 10 Sekolah Negeri tanpa Siswa |
![]() |
---|
Hardikda, Disdikbud Aceh Barat Gelar Ragam Lomba Antarsiswa |
![]() |
---|
10 Sekolah Negeri Aktif di Aceh Barat Tanpa Siswa, 1.106 Anak Putus Sekolah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.