Perang Gaza

Netanyahu Mendesak Tentara untuk Segera Menduduki Gaza

Koresponden Channel 12 Israel, Nir Dvori, melaporkan bahwa tentara telah memulai persiapan untuk menduduki kota Gaza, mengungkapkan

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/MEDSOS
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia sedang menjalankan "misi suci bersejarah dan spiritual Yahudi" untuk mewujudkan rencana apa yang disebut visi ‘Israel Raya’, yang mencakup wilayah yang diperuntukkan bagi negara Palestina dan kemungkinan bagian dari Yordania saat ini dan Mesir. 

SERAMBINEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak berniat menghentikan pendudukan Kota Gaza dan tidak akan terus membebaskan sandera meskipun ia baru-baru ini menyatakan akan memulai kembali perundingan gencatan senjata, sumber-sumber Israel mengonfirmasi pada Sabtu.

Sumber-sumber tersebut mengatakan Netanyahu sedang terlibat bentrok dengan tentara untuk mempercepat jadwal pendudukan Gaza, dan mengubah nama operasi.

Koresponden Channel 12 Israel, Nir Dvori, melaporkan bahwa tentara telah memulai persiapan untuk menduduki kota Gaza, mengungkapkan bahwa empat brigade telah melakukan latihan di pinggiran kota pusat dan lingkungan sekitarnya.

Sementara itu, surat kabar Maariv mengutip sumber militer yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Netanyahu "bersikeras untuk melanjutkan serangan Gideon's Chariots 2."

Sumber tersebut mengatakan: "PM memahami bahwa tanpa operasi tersebut, ia tidak akan mampu menjaga kohesi pemerintah dan pemerintahan akan berantakan."

Gaza Dilanda Kelaparan Ekstrem, PBB Sebut Setengah Juta Nyawa Terancam

"Tentara Israel sedang mempersiapkan diri secara serius untuk fase pertempuran baru," tambah sumber tersebut, seraya menambahkan bahwa pasukan cadangan akan dikerahkan secara bertahap mulai 2 September, setelah liburan musim panas, sebagai sinyal bahwa militer berniat menyelesaikan operasi.

Menurut penyiaran nasional Israel, Kan, tentara Israel telah mulai menerapkan rencana Gideon's Chariots 2, dengan meningkatkan operasinya di wilayah Zeitoun dan Jabaliya di Gaza

Militer Israel: Minggu Ini 1 Juta Penduduk Gaza Harus Pergi, Kota akan Diambil Alih 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan merencanakan pengambilalihan militer penuh atas Gaza pada pertengahan September.

Menurut The Times of Israel, Channel 12 melaporkan bahwa operasi tersebut diperkirakan akan dimulai sekitar dua minggu setelah para prajurit cadangan yang baru dipanggil bertugas pada 2 September.

Sekitar satu juta orang yang saat ini berada di Gaza akan diperintahkan untuk mengungsi paling cepat pada hari Minggu, tambah media tersebut.

The Times of Israel merinci bahwa laporan Channel 12 menyatakan bahwa Netanyahu berharap untuk "mempercepat" peluncuran pengambilalihan setelah mengamankan para sandera dan pasukan, sekaligus mengevakuasi warga Palestina dari Kota Gaza.

Channel 12 melaporkan bahwa para pejabat Israel mengatakan bahwa sangat penting untuk membebaskan para sandera sesegera mungkin mengingat kondisi mereka, dan tidak ada "perselisihan substantif" antara Israel dan Hamas mengenai kesepakatan gencatan senjata-penyanderaan, karena "semuanya bergantung pada Netanyahu".

"Tidak ada solusi ajaib," kata sumber tersebut. "Jika (kami) ingin membawa kembali para sandera, (kami) bisa melakukannya sekarang."

Channel 12 menambahkan bahwa Israel diyakini akan bernegosiasi dengan Hamas mengenai kesepakatan gencatan senjata-penyanderaan yang diperbarui dalam beberapa hari mendatang, karena Netanyahu yakin ancaman pengambilalihan militer akan memberikan lebih banyak tekanan pada Hamas untuk menyetujui kesepakatan tersebut.

Saluran tersebut melaporkan bahwa Netanyahu telah menyebut operasi tersebut "Tangan Besi" dalam beberapa hari terakhir.

Dalam kunjungannya ke komando militer di Gaza di Israel selatan, Netanyahu mengumumkan persetujuannya terhadap strategi militer untuk merebut kembali Kota Gaza dan memerintahkan para pejabat untuk segera memulai negosiasi guna membebaskan semua sandera dan mengakhiri konflik dengan persyaratan yang dapat disetujui Israel.

"Dua hal ini—mengalahkan Hamas dan membebaskan semua sandera kita—berjalan beriringan," tegasnya.

Pernyataan ini tampaknya merupakan pengakuan publik pertama Israel atas proposal gencatan senjata terbaru Mesir dan Qatar.

Menurut perwakilan Mesir dan Hamas, proposal ini sangat mirip dengan proposal sebelumnya yang telah disetujui Israel sebelum perundingan menemui jalan buntu bulan lalu.

Perjanjian yang diusulkan akan mencakup pembebasan beberapa sandera dengan imbalan warga Palestina yang ditahan oleh Israel, penarikan pasukan Israel, dan perundingan yang bertujuan untuk membangun gencatan senjata yang lebih langgeng.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved