KAI

Di Mana ‘Miqat Ihram’ JCH Gelombang II dari Aceh?

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bagi Jamaah Haji gelombang pertama yang ke Madinah dulu sebelum ke Mekkah, miqat makaninya ya, Dzulhulaifah, atau dikenal sekarang dengan Bi’r (Abyar) Ali. Bagi Jamaah Haji gelombang kedua via udara, yang langsung ke Mekkah, miqat makani-nya yang paling ideal --menurut kami-- adalah Bandara King Abdul Aziz (KAA Airport) di Jeddah.

Di KAA Airport tersedia tempat istirahat yang luas, fasilitas air yang berlimpah, serta para petugas orang Indonesia yang siap membantu, sehingga para jamaah haji dengan leluasa mandi, memakai wangi-wangian, mengenakan pakaian ihram, dan menunaikan shalat sunnah ihram. Kenyataannya, sebagian besar jemaah haji dari berbagai negara mulai berihram di KAA Airport, yang berada di luar Tanah Haram, dan jalur penerbangan kita dari Tanah Air sama sekali tidak melewati Tanah Haram.

Berihram di udara juga sebenarnya tidak bermasalah, tapi apa gunanya kita menyiksa diri, membiarkan tubuh kedinginan selama lk 8 jam di pesawat udara. Berihram dari pesawat udara pada umumnya berdasarkan hal-hal berikut: Pertama, mereka beranggapan mengambil miqat di Qarnulmanazil; Kedua, mereka ragu dan waswas kalau-kalau jalur penerbangan melewati batas Tanah Haram; Ketiga, mereka berpendapat bahwa KAA Airport tidak sah sebagai miqat makani, sebab tidak tersebut dalam hadis, dan; Keempat, mereka hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh para pembimbing karena memang masih awam dan baru belajar manasik ketika akan pergi haji.

Padahal, seperti telah kita bahas, pesawat udara kita tidak lewat di atas Qarnulmanazil serta sama sekali tidak melewati Tanah Haram. Memulai ihram dari pesawat udara tidaklah salah, dan setentang Qarnulmanazil pun akan diumumkan di pesawat, namun mengambil miqat di KAA Airport, agaknya lebih meyakinkan.

Bandara yang baru dipakai pada 1979 ini sudah tentu tidak ada dalam hadis, sebagaimana pesawat udara, juga tidak pernah disebutkan dalam hadis. Dalam pelaksanaan, ternyata memulai ihram di pesawat udara sering bingung mengenai kapan saat yang tepat untuk itu. Karenanya, “tinggalkan yang meragukan, ambil yang meyakinkan.” Wallahu a’lamu bish-shawab.

Berita Terkini