Cakrawala

Pengamat: Aceh Masih dalam Perdamaian Negatif

Editor: Jalimin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Eddy Fitriady | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Pengamat dari Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik UIN Ar-Raniry, Sahlan Hanafiah mengatakan situasi keamanan yang mengkhawatirkan belakangan ini yaitu bergolaknya kelompok bersenjata api di wilayah Nisam, Aceh Utara diyakini karena gagalnya proses reintegrasi mantan kombatan di Aceh.

“Jauh lebih baik proses reintegrasi di masa DI/TII ketimbang sekarang, sehingga yang terjadi adalah perdamaian negatif,” ujarnya Senin (13/4/2015) via telepon dalam program Cakrawala SerambiFM 90,2 Mhz.

Bahkan katanya, dahulu, mantan kombatan DI/TII dirangkul kembali ke dalam NKRI dengan cara diberikan kompensasi, namun tak diberikan posisi di pemerintahan.

“Mereka kembali ke NKRI dan diberi sebidang tanah, namun tetap tak boleh masuk pemerintahan. Jauh berbeda dengan sekarang, mantan kombatan bisa meraih jabatan strategis, namun kesejahteraan mereka tidak merata. Ada pihak yang tak dapat bagian,” paparnya.

Dia menambahkan, proses reintegrasi (penyatuan kembali) di Aceh saat ini terjadi secara natural. “Inisiatifnya justru lebih banyak datang dari masyarakat ketimbang pemerintah,” kata Sahlan.

Program Cakrawala yang berlangsung selama 1 jam itu mengupas Salam Serambi edisi Senin 13 April 2015 yang berjudul “ Berharap Gangguan Keamanan Segera Berakhir”. Program interaktif yang dipandu Host Dosi Elfian menghadirkan Redaktur Pelaksana Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika.

Yarmen menekankan, bergesernya pasukan TNI dan Polri dari wilayah Nisam Antara ke tiga koramil di Aceh Utara itu menandakan meredanya ketegangan di kawasan itu. “Karena sudah tiga minggu daerah itu dikepung, kita menduga situasi kini mereda. Artinya maping masalah ini jadi semakin mudah seiring ditangkapnya beberapa orang beserta senjata dan amunisinya itu,” tandasnya. (*)

Berita Terkini