Citizen Reporter

Satu Program Satukan Sepuluh Negara Asean

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

OLEH FURQAN SAg, Peserta The 11-Week Brunei-US English Enrichment Programme 2015 (ELEP 2015), melaporkan dari Hawaii, Amerika Serikat

TERPILIH sebagai salah satu peserta dalam Program ELEP 2015 ini merupakan kebahagiaan bagi saya. Program ini terselenggara atas inisiatif Kerajaan Brunei Darussalam melalui Raja Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah, bekerja sama dengan Amerika Serikat melalui Lembaga East-West Center, Honolulu, Hawaii. Lama programnya sebelas minggu (September hingga November 2015): tujuh minggu training di Brunei Darussalam, empat minggu di Hawaii, AS.

Program ini sangat menarik karena melibatkan perwakilan dari sepuluh negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Laos FDR, Thailand, Kamboja, Myanmar, Vietnam, dan Brunei Darussalam. Tujuan utama program ini adalah untuk mempererat persatuan antarnegara ASEAN yang sering disebut “ASEAN Unity”. Total peserta pelatihan 62 orang, terdiri atas dua kelompok besar: dosen/guru bahasa Inggris dan diplomat/pejabat dari negara-negara ASEAN. Program ini fokus pada pengayaan bahasa Inggris dan peningkatan keahlian menggunakan bahasa Inggris untuk guru maupun diplomat.

Khusus bagi dosen/guru bahasa Inggris, program ini menekankan pada penggunaan strategi pembelajaran yang dinamis, penerapan metode mengajar yang menarik, penekanan pada pentingnya penelitian tindakan kelas (action research), dan pemahaman antarbudaya dan latar belakang yang berbeda (cross-cultural understanding), baik sesama negara-negara ASEAN maupun pada level internasional, di samping peningkatan keahlian dosen/guru bahasa Inggris dalam menerapkan teknologi dan informasi ICT (Integrated Computer Tecnology) ke dalam proses belajar-mengajar.

Sedangkan bagi diplomat/pejabat, program ini lebih fokus pada peningkatan keahlian berkomunikasi baik di level nasional maupun internasional, penguatan pengetahuan dan keahlian di bidang kepemimpinan serta pemahaman antarbudaya dan latar belakang yang berbeda, baik antarnegara ASEAN maupun internasional.

Sekilas Brunei
Brunei Darussalam itu ibarat gula, sehingga banyak semut yang datang dari berbagai penjuru mengerubunginya. Banyak orang tertarik untuk tinggal dan bekerja di negara kaya minyak ini. Menyikapi hal ini, Kerajaan Brunei Darussalam memperketat pemberian izin masuk ke negaranya. Setiap pendatang hanya diberi masa tinggal 14 hari. Jika ingin menetap lebih daripada waktu yang ditentukan, maka diharuskan mengajukan visa dengan dokumen yang lengkap dan memenuhi syarat izin untuk menetap ataupun bekerja.

Sebagian besar penduduk Brunei beragama Islam. Salah satu masjid termegah yang sekaligus menjadi ikon Brunei yang paling banyak dikunjungi adalah Masjid Kubah Emas Sultan Omar Ali Saifuddin, ayahanda Sultan Hassanal Bolkiah.

Umumnya masyarakat Brunei berpendapat bahwa Sultan Brunei adalah sosok bapak atau pelindung bagi semua rakyat Brunei Darussalam. Oleh karena itu, dengan kekuasaan monarki absolut dan sifat kebapakan yang melekat pada dirinya, memberikan peluang baginya untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu bagi negara Brunei. Sebagai contoh, Sultan Hassanal Bolkiah dengan penuh keyakinan mengumumkan kebijakan implementasi syariat Islam. Sebagian besar masyarakat muslim Brunei menyambut dan mendukung pemberlakukan syariat di negara yang memiliki kurang lebih 500 ribu penduduk itu. Bolkiah tak terpengaruh dengan pemberitaan media Barat yang mengkritik pemerintahannya, bahkan beliau semakin yakin bahwa keputusan pelaksanaan syariat Islam adalah yang terbaik bagi Brunei.

East-West Centre
Tujuh minggu di Brunei terasa begitu cepat. 62 Partisipan Brunei-US ELEP 2015 dari sepuluh negara ASEAN siap-siap packing barang untuk terbang ke AS. Tempat yang dituju adalah Honolulu, Hawaii, negara bagian (state) yang paling terakhir bergabung dengan AS. Secara geografis, Hawaii terletak jauh dari Benua Amerika.

Cuaca di Hawaii yang beriklim tropis relatif sama dengan cuaca di Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Suhu rata-ratanya 26-28 derajat Celcius. Menariknya, kira-kira hampir 85% tumbuhan ataupun binatang yang ada di Hawaii serupa dan banyak terdapat di Indonesia.

Selama di East West Center, para peserta ELEP 2015 baik dari dosen/guru maupun diplomat/pejabat mengikuti training peningkatan pengetahuan dan keahlian masing-masing. Pembelajaran untuk guru lebih fokus pada penggunaan teknologi (ICT) dalam proses belajar-mengajar. Pembelajaran untuk diplomat/pejabat lebih dititikberatkan pada kemampuan berbahasa Inggris yang komunikatif dan penggunaan media dan informasi untuk mendukung kinerja profesionalitas mereka baik di tingkat ASEAN maupun internasional.

Program ini membawa dampak yang luar biasa bagi saya dan peserta lainnya. Mudah-mudahan ilmu yang saya dan 61 partisipan lainnya dapatkan bisa kami terapkan, sehingga membawa dampak peningkatan baik individu, institusi, maupun pemerintahan atau negara ke arah yang lebih baik demi terwujudnya mayarakat ASEAN yang bersatu, dinamis, maju, dan sejahtera. Hidup ASEAN, go ASEAN unity!

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com

Berita Terkini