Di Bulawayo, kota terbesar kedua di negara itu, warga membunyikan klakson mobil, bersiul dan meniup vuvuzela saat mereka berkumpul di luar Balai Kota.
Perlombaan terbuka semacam itu tidak akan terpikirkan hanya seminggu yang lalu karena perbedaan pendapat secara rutin dilanggar oleh aparat keamanan.
Namun dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat (17/11), tentara mengatakan bahwa pihaknya mendukung penuh demonstrasi tersebut.
(Baca: Kudeta Militer di Zimbabwe Picu Kekhawatiran Semakin Kuatnya Pengaruh China di Afrika)
Keruntuhan ekonomi
Mayoritas warga Zimbabwe hanya mengenal kehidupan di bawah peraturan Mugabe, yang telah didefinisikan sebagai penindasan, keruntuhan ekonomi dan isolasi internasional.
"Saya pergi ke universitas tapi di sini saya menjual pisang untuk mencari nafkah, jika bukan karena Mugabe, saya akan melakukan sesuatu yang lain," kata seorang warga, penjual jalanan Abel Kapodogo (34).
Para pengunjuk rasa juga menyemangati tentara dan berhenti untuk menjabat tangan mereka.
Emma Muchenje, seorang pekerja pasar berusia 37 tahun, mengatakan telah melewatkan pekerjaan untuk berada di pawai tersebut.
"Hari ini memakan waktu terlalu lama untuk datang," katanya kepada AFP.
Mugabe membuat marah banyak orang saat dia menolak mengundurkan diri setelah melakukan pembicaraan dengan para pemimpin tentara pada Kamis (16/11/2017).
Dia tampil di depan umum untuk pertama kalinya pada Jumat (17/11/2017) pada upacara wisuda di Harare, yang selanjutnya memicu spekulasi mengenai pembicaraannya dengan Jenderal Constantino Chiwenga, yang memimpin militer.
Pada Jumat, delapan dari 10 cabang regional Mugabe yang berkuasa, ZANU-PF, mengumumkan ke televisi negara untuk meminta dia mundur, yang langsung menjadi pukulan serius bagi otoritas pemimpinnya.
Dorongan lengser
"Ribuan orang mendorong berakhirnya Mugabe'," tulis halaman depan NewsDay Weekender, sementara The Daily News memimpin dengan: "Mugabe terpojok".