Saking tertariknya, beberapa pihak, salah satunya Alec Roth tergoda untuk membentuk komunitas pecinta gamelan. Maka pada tahun itu juga berdirilah Southbank Gamelan London.
Komunitas tersebut kemudian berkembang menjadi yayasan dan terus membesar hingga saat ini. "Masyarakat Eropa tertarik dengan gemelan bukan hanya karena bunyi-bunyian yang dihasilkannya. Mereka justru lebih kagum dengan cara memainkannya," terang Supanggah sambil tersenyum simpul.
Berbeda dengan alat-alat musik lainnya, gamelan tidak bisa dimainkan sendiri-sendiri. Mulai dari gong, kendang, saron, hingga demung mesti dimainkan bersamaan baru tercipta sebuah harmoni. Dari sekian banyak jenis alat musiknya, tak ada satu pun yang menonjol dan diperbolehkan menonjol.
Baca: Duta Wisata Aceh Andalkan Alat Musik Etnik dan Wisata Reliji
Cara bermain seperti itu jelas sangat menantang bagi orang-orang Eropa yang terkenal individualistis. Apalagi, dengan bermain gamelan, mereka bisa saling mengakrabkan diri antara satu dengan yang lain.
Salah satu warga Inggris yang tergila-gila pada gamelan adalah Cathy Eastburn.
Pada 2002, dia memutuskan terbang ke Solo untuk berguru dengan sejumlah maestro gamelan. Hingga pada suatu titik, Cathy menyadari bahwa gamelan mempunyai sebuah "kekuatan" tersembunyi yang dahsyat.
Tidak hanya mengajarkan kebersamaan, gamelan juga mengajarkan prinsip-prinsip hebat bagi kesehatan jiwa. Dengan rutin bermain gamelan, watak agresif bisa direduksi, kemampuan berkomunikasi meningkat, hingga jiwa menjadi lebih tenang.
Berlandaskan keyakinan itu, pada 2003 atau setelah kembali Inggris, Cathy membuat proyek yang dinamai Good Vibrations. Misi utamanya membantu dan memberikan terapi kepada para narapida di penjara-penjara Inggris. Harap Cathy, lewat terapi musik gamelan, sifat anarkis dan merusak para narapida tersebut bisa hilang atau setidaknya berkurang.
Hingga 33 penjara
Cathy tidak pernah memaksa para narapidana binaannya untuk menyukai musik-musik tradisional Jawa, tapi cukup belajar memainkannya. Ternyata, karena sering memainkan, tumbuh perasaan suka terhadap irama khas gamelan.
Keyakinan perempuan berambut pirang ini bahwa gamelan mampu dijadikan alat terapi ampuh seperti menemukan pembenaran. Sejumlah narapida bianaannya berangsur-angsur menunjukkan perubahan tingkah laku lebih positif.
Martin Gwynn, mantan penghuni Penjara Dovegate di Staffordshire, misalnya. "Sekarang saya jadi lebih mudah berkomunkasi dengan orang asing dan berani menatap mata mereka. Hal ini sangat membantu saya dalam mencari pekerjaan selepas menjalani masa hukuman," kata Gwynn saat diwawancarai BBC.
Pengalaman John Pawson, guru musik dan pengajar gamelan, juga layak didengarkan. Beberapa waktu lalu dia menggelar workshop gamelan di Penjara Peterborough, di wilayah timur Inggris.
Di sana dia membimbing napi perempuan temperamental yang kerap melukai diri sendiri dengan gunting, silet, atau benda-benda tajam lainnya. "Hanya dalam tempo beberapa bulan mengikuti terapi gamelan, perilaku merusaknya menurun drastis," ucap Pawson.