Cetak biru ini didapatkan dari mantan pegawai Cambridge Analytica yang baru saja mengakhiri kontraknya dengan perusahaan firma analis data ini.
Ia mengklaim dalam dokumen tercatat jelas bagaimana seluruh data pengguna Facebook itu digunakan.
Dalam cetak biru tersebut tercantum setidaknya ada 27 halaman presentasi yang dibuat oleh Cambridge Analytica.
Presentasi ini sejatinya dibuat sebagai bahan untuk ditunjukkan kepada klien potensial demi mendapat keuntungan.
"Ini adalah kumpulan kampanye digital berbasis data yang digunakan Trump," ujar Brittany Kaiser, mantan Direktur Pengembangan Bisnis Cambridge Analytica yang membawa cetak biru ini sebagaimana dikutip KompasTekno dari The Guardian, Selasa (27/3/2018) lalu.
(Baca: Mengenal USS Potomac, Kapal Perang Amerika yang Membombardir Kuala Batu di Aceh Barat Daya)
(Baca: VIDEO - Ladang Perang Pertama Marinir Amerika Serikat di Asia Tenggara)
Dalam cetak biru ini terungkap bahwa firma Cambridge Analytica melakukan beberapa metode, yakni penelitian, survei intensif, pemodelan data, serta mengoptimalkan penggunaan alogaritma untuk menargetkan sebanyak 10.000 iklan berbeda pada audiens.
Praktik ini kemudian dilakukan pada audiens yang berbeda-beda sesuai data diri mereka dan dilakukan dalam bulan-bulan menjelang pemilihan 2016 silam.
Dalam dokumentasi yang dipresentasikan beberapa minggu setelah Trump dinyatakan terpilih ini, tercatat bahwa iklan kampanye yang disebar tersebut telah dilihat sebanyak miliaran kali oleh para calon pemilih.
"Ada permintaan dari orang-orang di lingkaran perusahaan untuk tahu bagaimana kami melakukannya. Semua orang ingin tahu, baik itu klien lama maupun klien potensial. Tentu kami bisa saja menunjukkannya pada orang yang telah menandatangani persetujuan," ungkap Kaiser.
Kaiser menambahkan, ia sendiri tidak terlibat secara langsung dalam kampanye pemenangan Trump.
Namun, beberapa kali ia pernah mengatur pertemuan di antara para petinggi untuk membicarakan hal ini. Reputasi firma analisis data Cambridge Analytica ini memang cukup baik di antara para politikus.
Firma ini dianggap mampu mendongkrak popularitas positif saat masa-masa kampanye berjalan.
Dalam kerjanya, pihak Cambridge Analytica juga bertugas memantau efektivitas pesan serta iklan pada berbagai jenis pemilih.