Persoalan Petani Aceh, Bibit Ada, Pupuk Ada, Tapi Ketika Dibutuhkan Sudah Tidak Ada

Penulis: Masrizal Bin Zairi
Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muslahuddin Daud, menjadi pembicara pada acara 'Kuliah Umum Refleksi 10th Dana Otsus' di Kampus Unmuha, Banda Aceh, Senin (16/4/2018).

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Persoalan pertanian seakan takkan ada habisnya. Petani di Aceh sering menghadapi masalah terutama mafia bibit dan pupuk.

"Bibit ada, pupuk ada, tapi ketika dibutuhkan sudah tidak ada. Ini persoalan kita selama ini," kata Muslahuddin Daud, penerima award MNCTV Pahlawan Indonesia Katagori Pertanian.

Hal itu disampaikan saat menjadi pembicara pada acara 'Kuliah Umum Refleksi 10th Dana Otsus' di Kampus Unmuha, Banda Aceh, Senin (16/4/2018).

(Baca: 1.000 Ton Beras Dikirim ke Suriah)

(Baca: India tak Seindah dalam Nyanyian)

Mirisnya, Muslahuddin menyatakan bahwa programatik untuk mengatur persoalan pertanian di Aceh nyatanya tidak selesai hingga kini.

"Saya belum melihat pemerintah membuat secara sistematis (aturan) melalui dana otsus untuk masalah pertanian," kata mantan pekerja di World Bank.

(Baca: Ini 10 Penyebab Dana Desa Macet)

Menurutnya, minimnya animo masyarakat untuk bertani karena tidak ada jaminan pasar. Selain itu, petani juga dibiarkan berjuang sendiri.

"Saya pernah panen cabe merah 1 ton perhari, tapi harganya Rp 6.000. Lebih baik saya buang dari pada saya jual," ungkapnya.

Selain Muslahuddin, pada acara itu juga menghadirkan dua pembicara lain yaitu, Wakil Rektor I Unmuha, DR H Aliamin SE MSi Ak CA dan DR Rizal Ramli mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI.(*)

Berita Terkini