Bahkan para pengamat-pengamat politik berpendapat bahwa dengan ketentuan PT 20% bisa saja memiliki 3 capres dan cawapres.
Sehingga banyak muncul wacana untuk keluar dari barisan poros lama di Pilpres 2014 yang lalu.
Apalagi, menurut saya masyarakat sudah bosan dengan kegaduhan politik yang dimainkan oleh dua kubu di Pilpres 2014 yang lalu.
Mayoritas publik menilai, mereka belum bisa move on.
(Baca: Anda Ingin Cepat Kaya? Saran Presiden Jokowi Cari Racun Kalajengking, Wow Segini Harganya)
(Baca: Grand Syeikh Alazhar Undang Sejumlah Ulama Aceh untuk Hadiri Silaturahmi di Solo)
Masyarakat sangat berharap Pilpres 2019 tidak hanya dihiasi oleh jargon lama yaitu poros Wo (Prabowo) dan Wi (Jokowi). Masyarakat tidak ingin terkotak-kotakkan dengan hanya dua pilihan saja.
Masyarakat menginginkan kehadiran poros baru.
Oleh karena itu, bukan tidak mungkin poros baru itu terbentuk dengan asumsi pemimpin partai berbasis Islam mau bersatu dalam perahu yang sama, mereka mau bermusyawarah untuk menghasilkan dan menghadirkan pemimpin terbaik umat.
Apalagi pemilik suara mayoritas negeri ini adalah umat Islam. Sehingga pilihan tepat sebagai capres alternatif mewakili partai Islam yaitu TGB, dan itu menurut penulis sangat realistis untuk diwujudkan.
Karena dari sisi kapasitas, kapabilitas, dan kompetensi, TGB juga dianggap telah layak untuk maju dalam kontestasi kepemimpinan nasional dan menjadi Capres 2019.
Untuk mewujudkan harapan itu semua, menurut hemat penulis, langkah awal yang harus dilakukan yaitu adanya keterbukaan dan kerelaan hati para petinggi-petinggi partai berbasis Islam untuk bersatu mendengar suara umat.
Partai-partai Islam harus mampu keluar dari poros lama.
Jika partai PKB dan PPP keluar dari porosnya Wi dan partai PKS berserta PAN keluar dari porosnya Wo, mereka berani keluar dari jalur tol yang ada.
Mereka (PKB, PPP, PKS, PAN dan PBB) mampu mengusung kandidat sendiri.