“Gak apa apa Dzaky, ini bunda bawakan ember buat nampung air dari atap yang bocor.”
Rumah kami terbuat dari bambu dan beratapkan daun rumbia, mungkin karena sudah lima tahun sejak kami tempati atapnya belum bisa kami ganti, saat musim hujan seperti ini banyak atap yang bocor, dan ini sudah menjadi pemandangan yang biasa setiap hujan datang.
Bahkan kadang si kecil Dzaky sering berceloteh klu siang terik matahari nya "rumah kita ada bintangnya bunda" melihat ke atas sambil menunjuk cahaya yang masuk melewati atap yang bolong.
Namun ada kisah lain di balik semua ini, kisah kehidupan yang tidak diawali dari sebuah rumah mewah atau kehidupan yang mewah, tetapi kisah kehidupan yang diawali dengan kasih sayang dan kebahagian karena dalam gubuk yang kami Anggap rumah berjuta kebahagiaan dan kasih sayang yang selalu ada didalam rumah ini.Rumah ku adalah syurga ku..
Nurmalawati
Hanya butuh dua hari bagi Pidie Mengajar untuk mengumpulkan dana sebesar Rp 2 juta, sesuai kebutuhan merehab atap.
“Kami menghentikan penggalangan dana melalui Facebook, karena uang Rp 2 juta yang terkumpul sudah cukup untuk merehab atap agar tidak lagi bocor, serta membeli satu lemari plastik untuk menyimpan pakaian,” kata dia.
Pada Sabtu (5/5/2018), Pidie Mengajar kemudian memutuskan menutup kegiatan penggalangan dana melalui Facebook. Mereka pun memulai kegiatan merehab atap rumbia di rumah Nurmalawati dan membeli satu lemari plastik, seperti yang dijanjikan kepada donatur.
Untuk jangka panjang, lanjut Ismail, pihaknya akan mencoba mengajukan proposal rumah bantuan ke pemerintah atau melalui aspirasi anggota dewan.
“Besok saya ke Banda Aceh, mudah-mudahan ada pihak yang mau membantu membangun rumah relawan kemanusiaan ini,” kata pria ceking yang pernah mengecap bangku kuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) ini.(*)