HUT Ke 73 RI

Pejabat Abdya Ziarahi Makam Teungku Peukan, Ini Kisah Syahidnya Bersama Sang Anak di Medan Perang

Penulis: Zainun Yusuf
Editor: Safriadi Syahbuddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Abdya, Akmal Ibrahim bersama seluruh Anggota Forkopimkab mengikuti upacara saat ziarah ke makam Teungku Peukan dalam Kompleks Masjid Jamik Baitul Adhim Blangpidie, Kamis (16/8/2018).

Desakan agar pajak tersebut dilunasi dalam waktu singkat tidak diindahkan. Teungku Peukan tetap bersikeras tidak membayar dan tidak akan tunduk kepada Belanda.

Akibat pembangkangannya, Belanda mulai mencari Teungku Peukan untuk ditahan. Namun usaha tersebut mendapat perlawanan dengan menyusun kekuatan.

Teungku Peukan terus melakukan perlawanan dengan merancang penyerangan tangsi Belanda di Blangpidie yang saat ini menjadi lokasi Asrama Kodim 0110 Abdya, tidak jauh dari Masjid Jamik Baitul Adhim Blangpidie.

Pada malam menjelang peristiwa penyerangan (September 1926), Teungku Peukan dan pasukannya terlebih dahulu wirid dan berzikir di Meunasah Ayah Gadeng, Kecamatan Manggeng.

Anut Ajaran Sesat dan Kumpul Tiap Malam Jumat, Begini Nasib Anggota Kerajaan Ubur-Ubur

Setelah breefing, Teungku Peukan mengarahkan pasukannya menuju Blangpidie dengan menempuh jalan kaki sejauh 20 kilometer.

Dalam perjalanan dari Manggeng menuju Blangpidie, anak Teungku Peukan ditunjuk sebagai pembakar semangat dengan pekikan suara takbir di sepanjang jalan.

Pasukan yang semua menggunakan seragam hitam-hitam dengan celana di lipat hingga lutut untuk mengobarkan semangat jihad. Sementara panglima menggunakan selempang kuning.

Menjelang fajar, seluruh anggota pasukan Teungku Peukan tiba di Blangpidie. Sambil melepas lelah dan dahaga, pasukan melakukan kembali breefing dan mengatur strategi penyerangan di Balee Teungku di Lhong Dayah Geulumpang Payong, Kemukiman Kuta Tinggi.

Setelah strategi matang dengan penyerangan dari tiga sektor, Teungku Peukan langsung memberi komando penyerangan ke tangsi Belanda yang saat itu serdadu masih tidur lelap.

Serangan sporadis pada Jumat tanggal 11 September 1926 yang dilakukan oleh pasukan Teungku Peukan membuat serdadu Belanda di dalam bivak kucar-kacir.

Negara yang Terancam Bangkrut di Tahun 2018, Salah Satunya dari Asia Tenggara

Dikisahkan, seperti dikutip dari catatan sejarah, bahwa dalam penyerangan itu beberapa senapan marsose Belanda tidak meletus ketika akan menembak para pejuang Teungku Peukan.

Sementara pejuang Teungku Peukan terus maju menggempur marsose dan isi tangsi Belanda. Serangan dahsyad tersebut mengakibatkan tangsi Belanda banjir darah.

Sebagai wujud rasa syukur. Teungku Peukan kemudian mengumandangkan azan di masjid yang ada di depan tangsi Belanda yang saat ini adalah Mesjid Jamik Baitul Adhim Blangpidie yang berada di depan Kantor Bank Aceh Syariah Cabang Blangpidie.

Saat itulah seorang sardadu (marsose) Belanda yang selamat dalam penyerangan itu melepaskan tembakan yang membuat Teungku Peukan syahid.

Setelah semuanya terkendali Teungku Peukan kemudian dimakamkan tidak jauh dari lokasi tertembak, tanpa dimandikan lebih dulu sebagai mana hal yang berlaku terhadap seorang yang mati syahid.

Tak Bayar Utang Rp10 Juta, Satu Keluarga di Makassar Tewas Dibakar Oleh Kartel Narkoba

Halaman
123

Berita Terkini