Ada Jejak Tsunami Besar di Pantai Selatan Pulau Jawa, Inilah Sejarah Gempa dan Tsunami di Nusantara

Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tsunami

Deposit lebih tua ditemukan berusia 1.698 tahun, 2.785 tahun, dan 3.598 tahun.

Deposit dengan usia lebih kurang sama ditemukan di Lebak, Banten hingga Cilacap, Jateng atau Pantai Selatan Jawa.

Temuan ini menunjukkan gempa besar dan tsunami dahsyat sangat potensial di sepanjang wilayah ini.

Gempa Bantul 2006 berpusat di dekat daratan Parangtritis, persis di patahan Opak yang memanjang dari Parangtritis hingga Piyungan berbelok ke timur mengikuti kaki pegunungan Nglanggeran hingga Bayat, Klaten.

Ke utara dari Piyungan memanjang melewati Prambanan hingga sebelah timur gunung Merapi.

Meski tidak ada dalam catatan sejarah, perbedaan ekstrem kontur daratan di sisi timur Parangtritis dan dataran sebelah barat, mengindikasikan pernah terjadi tunjaman akibat patahan hebat.

Entah berapa juta tahun lalu, namun mestinya kontur daratan Bantul dan Gunungkidul pernah di level sama.

Seperti halnya daratan Gunungkidul yang sambung menyambung dengan kontur perbukitan karst Wonogiri, Pacitan, terus ke timur hingga Malang, Lumajang hingga Banyuwangi.

Baca: Kisah Brigadir Sukamiarta Jadi Korban Gempa Palu, Meninggal Tersapu Tsunami Jelang Lamar Kekasih

Jejak Tsunami Besar di Pesisir Kulonprogo Dekat Calon Bandara

Patahan yang ambles mulai dari sisi timur Parangtritis hingga Kulonprogo itu akhirnya sebagian besar terisi endapan vulkanis dari gunung Merapi di sebelah utara.

Endapan itu sebagian besar berasal dari gunung Merapi Tua dan kemungkinan sebagian dari gunung Bibi, yang jauh lebih tua.  

Daratan yang patah dan ambles, yang sekaligus jadi pembatas tegas antara dataran rendah Yogya hingga Bantul dan perbukitan di Gunungkidul ini sedikit banyak menjelaskan mengapa daerah terdampak paling parah gempa 2006 terlihat dari Pundong (Bantul) hingga Berbah (Sleman).  

Dari temuan dan pembacaan sumber sejarah kuna tertulis, bencana besar tertulis di Prasasti Rukam bertarikh  829 Saka atau 907 Masehi.

Prasasti ini dikeluarkan Sri Maharaja Dyah Balitung sebagai pemimpin kerajaan Mdang Mataram saat itu.

Prasasti tembaga ini ditemukan di Desa Petarongan, Parakan, Temanggung pada 1975.

Inti prasasti itu adalah perintah dari Dyah Balitung lewat sang putra mahkota, Rakryan Mahamantri i Hino Sri Daksotamma Bahubajra Pratikpasaya, agar menjadikan Desa Rukam sebagai tanah sima (perdikan) bagi sang nenek, Rakryan Sanjiwana.

Halaman
123

Berita Terkini