Kupi Beungoh

Hindari Taklid dan Selektif Memilih Guru Ilmu Tauhid

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Syaikh H Aba Asnawi Ramli Lamno

Dalam kitab Hasyiyah ad-Dasuqi 'ala Ummil Baraahin, Imam As Sanusi menulis, pada masa hidupnya (9 H/15 M) sudah jarang guru punya kriteria seperti dimaksud.

“Jika ada, maka dekati dan belajarlah padanya. Jika ada guru yang tidak mampu menguraikan peliknya ilmu kalam maka jauhi, karena lebih besar mafsadah (kerancuan dan kesesatan)," urai Aba Asnawi selaku pimpinan Dayah BUDI Lamno yang mengupas isi kitab Hasyiyah ad-Dasuqi 'ala Ummil Baraahin.

Alumni Dayah Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah (BUDI) Lamno, mengikuti pengajian Tauhid di Balee Lhok Pawoh, pimpinan Tgk Heru Saputra, di Lambaro, Ingin Jaya, Aceh Besar, Ahad (4/11/18). (Mustafa Husein Woyla)

Baca: Seorang Anak di Pidie Bocor Jantung, Orang Tua Butuh Biaya Pendampingan

Selain itu, wajib hindari mempelajari ilmu akidah yang penuh dengan kalam filosuf.

Karena para penulisnya mengantungkan diri dengan mengutip kegilaan mereka yang merupakan kekufuran yang nyata.

Yaitu akidah-akidah yang kenajisannya mereka tutupi dengan berbagai istilah dan ungkapan yang samar-samar, sulit dipahami dan hanya merupakan istilah-istilah tanpa subtansi.

Seperti kitab al Fakr ar Razi tentang ilmu kalam, kitab Thawali' karya al Baidhawi dan yang sepaham dengan mereka.

"Mereka jarang mendapat petunjuk karena menekuni ilmu kalam yang penuh dengan pendapat para filosuf yang belum mendapat cahaya keimanan di hati atau lisan," jelas Aba Asnawi bersemangat mensyarah teks kitab muktabarah yang menjadi rujukan utama tauhid Asy'ariyyah, Ahlussunah wal Jamaaah itu.

Baca: Pimpinan Dayah Budi Lamno Meninggal

Bagaimana beruntung, orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya yang membakar haibah (rasa takut disertai rasa hormat) kepada Allah, membuang syariat di belakang punggungnya, dan mengajak orang lain dengan cara memoles dengan istilah-istilah yang sulit di mengerti orang.

Sungguh sebagian orang telah terlalaikan, sehingga Anda lihat mereka memuliakan pendapat para filosuf yang dimurkai Allah dengan mengutip berbagai kebodohan mereka, karena cinta pangkat dan agar menjadi populer dan dianggap intelektual.

Padahal hanya memcampur adukkan kegilaan dan kekufuran.

"Terkadang, orang awam juga ikut menyibukkan diri mengikuti kajian para filosuf itu, dan meninggalkan metode kaum as Salaf ash-Shalih. Semua ini karena mereka telah mata hatinya dari pintu anugerah Allah dan dibuka pintu murka. Mereka benar-benar bodoh karena melihat kegelapan sebagai cahaya dan cahaya sebagai ke gegalapan," papar Aba Asnawi mengakhiri akhiri syarahan yang penuh dengan hal asasi dan mendasar.

Mustafa Husen Woyla (IST)

*) PENULIS adalah Alumni Dayah BUDI Lamno Guru Aqidah Islamiah Dayah Darul Ihsan, Abu Hasan Krueng Kalee, juga aktif mengamati bumoe singet.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkini