Kisah Penarik Becak Bertopeng Selama 8 Tahun, Bawa Ibunya Dengan Becak Saat Wisuda Sarjana

Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Delapan tahun mengayuh becak sambil bertopeng, mengantar Hamzah jadi sarjana dengan prestasi membanggakan

Hamzah lalu mendaftar di Sekolah Tinggi Kelautan dan Perikanan (STITEK) Balik Diwa Makassar secara diam-diam.

Hamzah bangga karena menerima panggilan melalui jalur beasiswa Bidik Misi.

Namun, impian Hamzah menjadi sarjana di Makassar lagi-lagi kandas lantaran orang tua tercinta tak merestuinya.

"Waktu itu wakil rektornya sudah pastikan saya lulus Bidik Misi. Tapi orangtua lagi-lagi tak merestui. Intinya ia tak ingin saya jauh-jauh darinya,” jelas tokoh penggerak literasi Majene ini.

Hamzah lalu mendaftar di Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT Majene.

Baca: Asing Boleh Kuasai 28 Sektor Industri Dalam Negeri, Prabowo: Kita Menyerah Total Kepada Bangsa Asing

Baru beberapa bulan menempuh kuliah, sang ayah tercinta, Usman, yang menjadi tokoh panutan dalam keluarga meninggal dunia.

Kehilangan orang tercinta yang menjadi pembimbing dalam keluarga sempat membuat Hamzah frustasi dan nyaris berhenti kuliah.

Namun, Hamzah mengaku beruntung banyak orang yang selalu memberikan semangat dan nasihat untuknya.

“Saya lalu menyadari sikap saya ini keliru. Kematian orang tua justru saya jadikan pelecut semangat untuk lebih bersemenangat kuliah meski kehilangan orang tercinta. Di situlah mungkin hikmahnya,” jelas Hamzah.

Sejak semester pertengahan hingga usai kuliah, Hamzah mulai jarang mengayuh becak lagi.

Baca: 5 Fakta Pelaku Pembunuh Dufi, Curiga Sudah Buntuti hingga Curi Barang Korban

Meski tak meninggalkan profesinya sebagai tukang becak, Hamzah memilih menjadi buruh bangunan atau tukang cat keliling.

Berteman dengan banyak mantan teman sekolahnya yang kini jadi pemborong membuat Hamzah tak kesulitan mendapatkan order atau pekerjaan untuk menopang ekonomi keluarga kecilnya hingga membiayai kuliahnya.

Seperti saat mengayuh becak, saat menjadi buruh cat bangunan gedung sekolah atau rumah pribadi, Hamzah juga memakai topeng saat bekerja.

Alasannya, selain untuk melindungi diri dari panas matahari juga agar ia tak jadi bahan ledekan teman-teman kuliahnya atau mantan teman sekolahya saat bekerja.

Dengan upah Rp 75 ribu per hari sebagai buruh cat bangunan, Hamzah mengaku bisa membiayai kuliahnya hingga menjadi sarjana ilmu manajemen di UT tempat ia mendaftar.

Baca: Keinginan Ayah Khabib Nurmagomedov soal Petarung yang Akan Menjadi Lawan Putranya

Halaman
1234

Berita Terkini