SERAMBINEWS.COM - Suku terasing penghuni Pulau Sentinel Utara di Kepulauan Andaman, India, kembali menyorot perhatian dunia setelah pria asal Amerika Serikat John Allen Chau tewas dipanah.
Laporan dari India Today menyebutkan, suku Sentinel di Andaman bagian barat tidak berjabat tangan ketika bersalaman.
Mereka menggunakan salam dengan duduk di pangkuan satu sama lain dan mendaratkan tamparan hangat di punggung mereka sendiri.
Tapi keramahan itu biasanya tidak akan dipakai ketika berhadapan dengan orang asing dari luar pulau.
Melainkan panah yang akan dilesatkan sebagai gantinya.
Baca: Isi Surat Terakhir dari Pria Amerika yang Dibunuh Suku Kuno di Pulau Sentinel
Baca: Benarkah Penculikan di Abad 19 Jadi Penyebab Suku Sentinel Trauma Orang Asing?
Namun pernah suatu ketika, orang asing menginjakkan kaki di pulau tersebut pada akhir abad 19, ketika India berada di bawah kekuasaan Inggris.
Melansir New York Times, seorang perwira angkatan laut Inggris menggambarkan sebuah pulau terpencil yang dikelilingi karang di Laut Andaman.
Dia bertemu dengan salah satu suku paling misterius di dunia.
Penduduk yang sangat terisolasi dan pemalu. Cara hidup mereka berburu dan meramu. Mereka makan akar, kura-kura, dan menyimpan tengkorak babi hutan.
Perwira itu bernama Maurice Vidal Portman. Ia terpesona akan keunikan pulau tersebut, dia menculik beberapa anggota suku terdiri pasangan orang dewasa dan empat anak, membawa mereka ke rumahnya di sebuah pulau yang lebih besar.
Baca: Selain Suku Sentinel, Ini 4 Suku Lain yang Paling Berbahaya dan Terisolasi di Dunia
Baca: 4 Fakta Dibalik Tewasnya Turis Amerika Serikat di Pulau Sentinel, Ini Pesan Keluarganya
Pulau besar itu merupakan lokasi Inggris menjalankan penjara. Orang dewasa yang dibawa Portman jatuh sakit dan meninggal dunia.
Kemudian, anak-anak yang diculik dikembalikan ke pulau tersebut.
Portman pun mengakhiri eksperimennya yang disebutnya sebagai kegagalan.
Saat itu diyakini populasi suku Sentinel mencapai 8.000 orang, dan sekarang jumlah mereka sekitar 150 orang.
Selama abad-abad berikutnya, beberapa orang luar pernah kembali mengunjungi pulau yang disebut Sentinel Utara.
Namun hampir setiap orang yang berkunjung disambut dengan terjangan panah.
Pada 1970-an, sutradara film dokumenter National Geographic terkena satu panah pada bagian kakinya.
Baca: 5 Fakta Suku Sentinel di Kepulauan Andaman, Suku Paling Berbahaya yang Tak Jauh dari Indonesia
"Ditinggal sendirian"
"Kemungkinan penduduk pulau trauma dengan peristiwa penculikan, atau mungkin mereka takut pada penyakit asing," demikian laporan New York Times.
Tidak ada yang pernah tahu persis mengapa mereka begitu bermusuhan dengan orang luar, dan bahasa mereka hingga kini tetap masih menjadi misteri.
Suku Sentinel diyakini bermigrasi dari Afrika pada 50.000 tahun lalu.
Mereka menggunakan tombak, busur, dan anak panah untuk berburu binatang.
Mereka juga mengumpulkan tanaman untuk dimakan dan dijadikan rumah.
"Sentinel ingin dibiarkan sendirian," kata antropolog, Anup Kapur.
Baca: Kembali Bunuh Orang Asing, Suku Terasing Sentinel Jadi Perbincangan, Ini Keunikan Suku Tersebut
Baca: Kembali Bunuh Orang Asing, Bagaimana Bisa Suku Sentinelese Terisolasi dari Dunia Luar Begitu Lama?
Anvita Abbi, yang telah menghabiskan puluhan tahun mempelajari bahasa suku di Kepulauan Andaman dan Nikobar, India, turut menyampaikan pendapatnya.
"Hanya untuk rasa penasaran, mengapa kami harus menganggu suku yang telah bertahan selama puluhan ribu tahun," katanya.
Interaksi dengan orang luar dapat menjadi bencana besar bagi kesehatan suku Sentinel, sebab mereka tidak memiliki ketahanan terhadap penyakit asing.
Selama bertahun-tahun, suku Sentinel memudar dari pemberitaan hingga akhirnya pada Rabu lalu, pemerintah India mengatakan Chau terbunuh oleh busur dan anak panah mereka.
Kini, kepolisian India khawatir tentang ke mana penyelidikan kematian Chau akan mengarah.
Sebab, jika mereka pergi ke pulau untuk mengambil jenazah Chau, mereka mungkin juga bakal terbunuh.