SERAMBINEWS.COM - Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menginformasikan bahwa Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi.
Hal itu disampaikan PVMBG di laman Instagramnya PVMBG, @pvmbg_kesdm.
Seperti dikutip TribunWow.com, PVMBG menyampaikan bahwa Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada Kamis (3/1/2019), pukul 12:03 WIB.
PVMBG menjelaskan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 1.600 meter di atas puncak.
Lanjut PVMBG, kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah Utara dan Timur Laut.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 31 mm dan durasi kurang lebih 1 menit 10 detik, serta tidak terdengar suara dentuman.
Baca: Dua Ruko Milik BUMG Teubeng Dayah Kecamatan Pidie Terbakar
Baca: Najwa Shihab Kompak Diserang Semua Anggota Srimulat Gara-gara Tanyakan Hal Ini
PVMB menyatakan saat ini, Gunung Anak Krakatau berada pada status level III (Siaga).
PVMBG menghimbau masyarakat untuk tidak mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah.
"Informasi Erupsi G. Anak Krakatau.
Telah terjadi erupsi G. Anak Krakatau, Lampung pada tanggal 03 Januari 2019 pukul 12:03 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 1.600 m di atas puncak (± 1.710 m di atas permukaan laut).
Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara dan timur laut.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 31 mm dan durasi ± 1 menit 10 detik.
Tidak terdengar suara dentuman.
Saat ini G. Anak Krakatau berada pada Status Level III (Siaga).
Rekomendasi: masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah," tulis PVMB sebagai caption.
Baca: Kepala BPS RI Resmikan Kantor Baru BPS Bireuen, Dihadiri Abu Tumin dan Ratusan Undangan
Baca: Terkait Hoaks Surat Suara Dicoblos, Andi Arief Tegaskan Dirinya Hanya Sampaikan Imbauan untuk Dicek
Sebelumnya, BMKG sempat menemukan retakan baru di badan Gunung Anak Krakatau.
Diberitakan dari Kompas.com, Rabu (2/1/2019), Badan Meteorologi, klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) menemukan retakan baru di badan Gunung Anak Krakatau.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan, retakan muncul setelah gunung mengalami penyusutan dari sebelumnya 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadi hanya 110 mdpl.
Hal itu disampaikan Dwikorita di Posko Terpadu Tsunami Selat Sunda, Labuan, Kabupaten Pandeglang, Selasa (1/1/2019).
"Pantauan terbaru kami lewat udara, gunung sudah landai, asap mengepul dari bawah air laut. Tapi di badan gunung yang tersisa di permukaan, ada celah yang mengepul terus mengeluarkan asap, celah itu pastinya dalam, bukan celah biasa," kata Dwikorita.
Dia mengatakan, terdapat dua retakan baru dalam satu garis lurus di salah satu sisi badan Gunung Anak Krakatau.
Baca: Baru Pertama Kali Terjadi, Ini 5 Hal yang Membuat Erupsi Gunung Anak Krakatau Unik dan Langka
Baca: Prabowo Sebut Selang Cuci Darah Dipakai 40 Orang, Begini Respons Gerinda hingga Bantahan RSCM
Dirinya menduga retakan terjadi lantaran adanya getaran tinggi yang muncul saat gunung erupsi.
Adanya retakan tersebut, menurut Dwikorita, membuat pihaknya khawatir lantaran kondisi bawah laut Gunung Anak Krakatau saat terdapat jurang di sisi barat hingga selatan.
"Yang kami khawatirkan di bawah laut curam, di atas landai. Jika retakan tersambung, lalu ada getaran, ini bisa terdorong, dan bisa roboh (longsor)," ujar dia.
Bagian badan gunung yang diduga akan longsor karena retakan tersebut bervolume 67 juta kubik dengan panjang sekitar 1 kilometer.
Potensi tsunami susulan Volume tersebut lebih kecil dari longsoran yang menyebabkan tsunami pada 22 Desember 2018 lalu yang sekitar 90 juta kibik volume longsoran.
"Jika ada potensi tsunami, tentu harapannya tidak seperti yang kemarin, namun kami meminta masyarakat untuk waspada saat berada di zona 500 meter di sekitar pantai," kata dia.
Untuk memantau adanya tsunami yang disebabkan Gunung Anak Krakatau, BMKG sudah memasang alat berupa sensor pemantau gelombang dan iklim.
Sensor tersebut dipasang di Pulau Sebesi yang jaraknya cukup dekat dengan Gunung Anak Krakatau.
Dwikorita menyebut, nantinya alat tersebut akan bekerja memantau pergerakan gelombang dan cuaca yang disebabkan aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Jika ada gelombang yang mengalami fluktuasi tinggi, sensor akan mengirim sinyal ke pusat data yang terhubung.
"Secara pararel akan mengabarkan BMKG Jakarta, BPBD, dan polda, akan diketahui lebih cepat jika ada gelombang tinggi seperti tsunami, jadi ada peringatan dini lebih cepat untuk masyarakat," pungkas dia.
(TribunWow.com/Nirmala)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Update PVMBG: Gunung Anak Krakatau Erupsi Lagi, Status Siaga Level 3