“Di beberapa tempat malah ada masyarakat yang melindungi bandar sabu. Tapi saya juga sudah kampanye di beberapa tempat dan pesantren agar mereka tidak menerima sumbangan dalam bentuk apa pun dari pengedar atau bandar narkoba,” kata Faisal.
Menurutnya, metode pemasokan narkoba ke Aceh juga selalu dalam jumlah besar, tidak ada dalam jumlah 1-2 kilogram. Biasanya barang tersebut merupakan titipan beberapa orang bandar yang dipasok dalam satu kali pengiriman dalam jumlah besar. Bahkan terkadang melibatkan perempuan.
Peredarannya juga sudah memasuki hingga ke kampung-kampung. Biasanya bandar menyasar pemuda di kampung dengan paket hemat (pahe) dan terkadang targetnya para petani yang biasanya memakai sabu di sawah atau ladang, sehingga sulit terdeteksi.
Namun, saat ini BNN terus melakukan upaya menggagalkan pasokan sabu dan menangkap para bandar. Upaya ini gencari dilakukan di Banda Aceh sehingga ruang gerak pengedar sabu di kota ini semakin sempit. Tapi sebagian mereka bergerilya di Bireuen, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang, bahkan ke Medan.
BNNP Aceh juga melakukan pemberdayaan masyarakat dan pembinaan terhadap generasi muda. Soalnya, berdasarkan hasil penelitian Puslitkes Universitas Indonesia, 1 dari 100 pelajar Aceh sudah terlibat sabu. “Kalau kita tak perangi narkoba, tahun depan rasio pelajar yang terlibat narkoba bisa lebih tinggi,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa Aceh kini berada di peringkat tujuh nasional peredaran dan konsumsi sabu-sabu. Sebelum Brigjen Faisal Abdul Naser bertugas di BNNP Aceh, provinsi ini malah berada di peringkat kelima nasional. “Target saya tahun depan bisa turun di bawah peringkat sepuluh,” katanya.
Ia optimis pemberantasan narkoba di Aceh akan berhasil karena warga Aceh memiliki benteng agama yang kuat untuk menangkal godaan narkoba, di samping BNNP Aceh menerapkan aspek kearifan lokal untuk menyadarkan para narkobais. “Sudah 321 orang mantan pengguna narkoba yang berhasil kita bina,” kata Faisal yang sebelumnya bertugas di Polda Sumut dan Polda Aceh.
Di pengujung kunjungannya ke Serambi Indonesia kemarin, Faisal menyerahkan sebuah buku tentang Indonesia Darurat Narkoba dan plakat BNNP Aceh yang diterima Pimpinan Perusahaan Harian Serambi Indonesia, Mohd Din. (mun/dik)