Penjelasan Mengapa Hewan Laut Bisa Sampai 'Terkecoh' Anggap Sampah Plastik Sebagai Makanan

Editor: Fatimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

sampah plastik

SERAMBINEWS.COM - Paus sperma yang mati di Wakatobi dengan perut penuh dengan sampah, tentu masih segar dalam ingatan kita.

Bahkan beberapa waktu lalu, paus sei yang langka juga ditemukan dalam keadaan lemah karena tenggorok yang tertutup plastik.

Kejadian seperti ini bisa saja banyak terjadi di lautan dalam karena sampahplastik sudah banyak terapung di lautan.

Tidak heran banyak hewan laut kemudian mati karena mengonsumsi sampah plastik tersebut.

Baca: Abu Bakar Baasyir Mengaku Belum Pernah Disodorkan Ikrar Kesetiaan kepada Pancasila

Namun satu hal yang sempat menjadi perdebatan adalah mengapa hewan yang memiliki banyak kemampuan indra dapat salah mengidentifikasi sampah?

Sebuah penelitian pernah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tadi. Hasilnya? Sampah-sampah ini berbau seperti makanan mereka.

Bagaimana bisa sampah ini berbau sama dengan makanan mereka?

Ketika ganggang, yang menjadi sumber makanan bagi krill—crustacea keci yang menjadi makanan burung laut—rusak secara alami di laut, ganggang ini akan mengeluarkan bau belerang yang dikenal dengan dimethyl sulfide (DMS).

Baca: Hari Ini, SBY Kunjungi Aceh Tamiang

DMS inilah yang kemudian dijadikan "rujukan" bagi burung laut dalam mencari krill.

Sialnya, sampah plastik yang mengambang di lautan menjadikan media yang sempurna bagi ganggang untuk tumbuh subur.

Ketika ganggang tersebut terurai dan memancarkan bau DMS, burung laut akan mengikuti aroma ini. Plastik yang sudah terkena bau DMS ini pun termakan.

“DMS mirip seperti bel makan malam,” ucap Matthew Savoca, mahasiswa doktoral University of California, dan pemimpin penelitian ini.

“Ketika orang-orang mendengar bel makan malam, mereka tahun bahwa makanan ada di sekitar mereka. Hal ini serupa dengan gagasan ini. Ketika indra penciuman burung laut sudah berkata bahwa di sinilah tempat mereka menemukan krill, mereka akan langsung mendarat dan mencari krill tersebut.”

Sampah plastik telah terakumulasi dengan cepat di lautan. Kira-kira meningkat dua kali lipat dalam setiap dekade.

Baca: 10 negara ASEAN Bahas Kerja Sama Our Eyes Tangkal Terorisme

 
Pada tahun 2014, sebuah analisis global memperkirakan plastik di laut sebanyak seperempat miliar metrik ton, berukuran partikel beras.

Halaman
12

Berita Terkini