Luar Negeri

Ini Lima Harta Karun Perang Dunia II yang Masih Misteri Hingga Kini

Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu terowongan buatan Nazi Jerman yang belum selesai dibangun di Pegunungan Owl, Silesia, Polandia. Legenda menyebut Nazi mengirim kereta berisi emas dan benda berharga lainnya ke terowongan-terowongan ini.

Hitler tidak terlalu setuju dengan rencana pembangunan Benteng Alpen itu dan pembangunannya tak menjadi perhatian serius.

Namun, di akhir perang, sejumlah laporan intelijen yang diterima markas besar Sekutu menyebut para perwira Nazi dievakuassi ke sebuah kawasan perbentengan di selatan Jerman.

Menteri Propaganda Nazi Joseph Goebbels lalu menyebarkan rumor soal perbentengan di Alpen di berbagai tempat.

Hal ini dilakukan agar membuat Sekutu kebingungan tentang masalah di dalam pemerintahan Nazi Jerman.

Baca: Cara Ampuh Usir Semut di Rumah dan Mencegah Datang Lagi

Benteng Alpen ini konon dilengkapi pasokan logistik, persenjataan, dan anggota Nazi garis keras.

Puluhan tahun usai perang, rumor soal benteng Alpen sebagai salah satu harta karun Hitler masih terdengar.

Diyakini, Hitler menyimpan harta karun bernilai jutaan dolar di benteng itu untuk mendanai operasi komando untuk mengacaukan Sekutu di seluruh Jerman.

Rumor ini membuat kawasan pegunungan di wilayah selatan Jerman menjadi tujuan para pemburu harta karun.

4. Emas Yamashita

Seperti halnya kereta emas Nazi, legenda emas Yamashita menjadi salah satu misteri sejarah.

Baca: Video Viral Siswa Merokok dan Tantang Guru di Dalam Kelas

Fakta sejarah menuliskan, Jepang menduduki Asia di masa Perang Dunia II, menghancurkan banyak kota dan menjarah benda berharga.

Menurut sejumlah sejarawan, Kaisar Jepang membentuk sebuah unit khusus bernama Kin no Yuri yang artinya "Bunga Lili Emas" untuk melakukan penjarahan di Asia.

Disebutkan, berdasarkan perintah Jenderal Tomoyuki Yamashita, hasil jarahan itu kemudian disimpan di sejumlah terowongan bawah tanah di Filipina.

Setelah perang usai, legenda ini memicu warga Filipina dan asing melakukan pencarian.

Namun, sejauh ini belum ada yang berhasil.

Baca: LRT Palembang Bebani Keuangan Negara, Pemasukan Rp 1 Miliar, Biaya Operasional Rp 10 Miliar Perbulan

Halaman
1234

Berita Terkini